Monday, July 11, 2016

Komunisme (PKI) Mengingkari Takdir

KOMUNIS PENGINGKAR TAKDIR

Dalam laporan singkat tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani di Jawa Barat, yang ditulis oleh Ketua Committee Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI) Dipa Nusantara Aidit, di bawah judul:

"Kaum Tani Mengganyang Setan-setan Desa (1964)"

Tepatnya pada Bab VII, dengan tema:
KAUM TANI DARI “SERBA SALAH” MENJADI “SERBA BENAR”

Dengan jelas dan gamblang gembong PKI D.N. Aidit menyatakan:
"Setan-setan desa selalu mengkhotbahkan, bahwa kemelaratan dan keterbelakangan kaum tani sudah merupakan takdir dan suatu keharusan masyarakat seperti dinyatakan oleh mereka: “rejeki geus dipanci-panci” (rezeki sudah ditakar)."
Selanjutnya D.N. Aidit berkata:
"Mereka juga mengatakan bahwa kemelaratan dan keterbelakangan adalah karena kemalasan dan kebodohan kaum tani sendiri. Mereka juga mengatakan: sebagaimana halnya ada siang dan malam, maka kalau ada orang kaya harus ada orang miskin, kalau ada orang yang memiliki tanah harus ada orang lain yang mengerjakan."
KEMULIAAN KAUM BORJUIS DAN PROLETARIAT DALAM ISLAM

Dari pernyataan Ketua CC PKI D.N. Aidit di atas tampak nyata, pengingkarannya terhadap takdir Allah ta'ala. Komunis mengingkari bahwa rezeki sudah ditakar atau ditetapkan oleh Allah ta'ala ar-Raziq Maha Pemberi Rezeki.
Padahal dalam al-Quran al-Karim Allahta'ala telah menegaskan:

إِنَّ اللَّـهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ


Sungguh, Allah, Dialah Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." (adz-Dzariyat: 58)

Juga firman Allah ta'ala:

وَاللَّـهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ ۚ 

Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki.” (an-Nahl: 71)
Dalam ayat lainnya Allah ta'ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا

Sungguh, Rabbmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (al-Isra: 30)

Bahkan perbedaan takaran rezeki yang Allah ta'ala berikan pada hamba-hamba Nya menunjukkan keagungan dan kebesaran Allah ta'ala yang Maha Berkehendak.

Allah ta'ala berfirman:

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّـهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Dan tidakkah mereka memperhatikan bahwa Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia (pula) yang membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang beriman." (ar-Rum: 37)

Allah subhanahu wa ta'ala dengan ilmu dan hikmah yang ada pada-Nya, mentakdirkan sebagian orang menjadi kalangan berada, sedangkan sebagian lainnya ditimpa berbagai kekurangan dan kemiskinan.

Pada hakikatnya kaya dan miskin adalah ujian bagi manusia. Allah ta'ala menguji kaum kaya agar mereka pandai bersyukur, demikian pula Allah ta'ala menguji kaum miskin supaya mereka bersabar. Jika dua golongan sosial masyarakat ini berhasil melewati ujian tersebut, maka niscaya baik bagi mereka, sama saja apakah termasuk dalam kaum kaya ataukah kaum miskin, keduanya akan mendapat keridhaan Allah ta'ala dan surga-Nya.

Demikianlah seorang yang kaya ketika menyadari harta yang dimilikinya hanyalah titipan Allah ta'ala maka dia akan ringan tangan membantu yang lemah, menolong fakir miskin, meringankan beban saudaranya dari kalangan tidak mampu. Kalangan borjuis (meminjam istilah PKI) dengan senang hati akan menunaikan zakat, berinfak, bersedekah, serta melakukan amalan mulia lainnya. Kaum kaya sadar bahwa harta kekayaan tersebut akan ditanya dan dia pertanggung jawabkan kelak di hari kiamat.

Sebaliknya, kalangan proletariat (meminjam istilah PKI) akan berlapang dada melihat saudaranya yang kaya. Tidak ada sifat hasad, iri hati, dengki dalam hatinya. Karena dia sadar kemiskinan yang menimpa dirinya adalah ujian dari Allahta'ala, agar dia bersabar menerima, namun tetap berusaha sekuat tenaga agar taraf hidupnya lebih baik. Kaum miskin memiliki sifat menjaga diri dan menjaga kehormatan, tidak berharap belas kasih, terlebih tamak pada harta yang dimiliki kaum kaya.
Dua golongan di atas sama-sama bergembira, berlapang dada, saling mengasihi, saling menyayangi dengan dua status sosial yang berbeda.

Maka benarlah sabda Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjelaskan baiknya dua golongan tersebut:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim, dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiallahu ‘anhu)

KOMUNISME BERTENTANGAN DENGAN ISLAM

Dari pemaparan di atas jelaslah perbedaan antara Komunisme dan Islam dalam menyikapi dua golongan sosial yang ada di masyarakat, bahkan bertentangan 180 derajat.

Komunisme mengajarkan kepada kaum miskin untuk hasad, iri hati, dengki, memprovokasi, juga memperalat mereka untuk mengambil, merampok dan merampas harta kaum kaya. Bahkan banyak terjadi Komunis menculik, menganiaya, membunuh serta membantai kaum borjuis, yang mereka istilahkan dengan: "Mengganyang 7 Setan Desa". Tidak ada kehormatan orang kaya di mata Komunis.

Adapun Islam memberikan tatanan hidup bermasyarakat yang indah, saling menghormati, saling menyayangi, saling mengasihi, peduli kepada sesama, ringan tangan untuk membantu saudaranya yang kesulitan.

Maka perbedaan Islam dan Komunisme sangat jelas:
"Bagai Terangnya Siang dan Gelapnya Malam"
"Bagai Langit Dan Bumi"

Lantas masih adakah yang berani menyatakan Komunisme sejalan dengan Islam?
Allahul Musta'an

No comments:

Post a Comment

Trending

Bukan Karena Pasukan China Wahai Profesor

Ketika Profesor Islam Nusantara Said Aqil Siradj berpidato mengelu-elukan PASUKAN CINA AGRESOR yang "jasanya" berhasil membunuh 5...