Friday, July 15, 2016

Persiapan PKI dalam Perebutan Kekuasaan Tahun 1965

Konsolidasi PKI dalam Persiapan Perebutan Kekuasaan Tahun 1965

Persiapan PKI dalam Perebutan Kekuasaan Tahun 1965



1. Tanggal 2-4-1965
- Apel Dwikora
Pendukung PKI dan Komponen Lain.
Aidit menyatakan:
“Manipol harus dibela dengan senjata dan tidak bisa dibela dengan tangan kosong”.
Berlindung dibalik perjuangan Manipol (sesudah disusupi MIRI), Aidit mendorong aksi revolusioner massa rakyat. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:57)

2. Tanggal 5-4-1965
- Doktrin TNI AD
Peserta Seminar di Seskoad Bandung.
TNI AD menilai ancaman utama Indonesia datang dari utara (Cina-Komunis) melalui konflik bersenjata di Vietnam, Laos dan Kamboja. (lihat: Victor M. Fic., 2005:104)

3. Tanggal 23-5-1965
- HUT PKI ke-45
Massa PKI.
Komando Aidit kepada massa PKI untuk meningkatkan: “ofensif revolusioner sampai ke puncaknya”. Peringatan HUT Ke-45 dilaksanakan di Gelora Bung Karno Senayan dapat diartikan sebagai penegasan bahwa PKI tahun 1965 merupakan kelanjutan PKI yang didirikan tahun 1920 dan bagian tak terpisahkan dari Cominteren. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:57)

4. Bulan Juni 1965
- Penolakan Angkatan V.
AD menolak (TNI AU menyetujui) usulan PKI untuk membentuk angkatan V (mempersenjatai buruh dan tani). Presiden Soekarno mengecam penolakan, namun secara de jure tidak mengeluarkan kebijakan pembentukan angkatan V (gagasan tersebut tidak terealisasi). Gagal dengan gagasan itu, Aidit mengusulkan dibentuknya komisaris politik dalam tubuh ABRI. (lihat: A. Kasdi & G. Ambar Wulan, 2007: 23)

5. Tanggal 4-8-1965
- Presiden Sakit Parah
Presiden sakit parah. Dokter-dokter Cina (yang merawat Presiden) menyimpulkan Presiden akan meninggal dalam waktu cepat atau menderita kelumpuhan permanen. Aidit mengesampingkan analisis dr. Mahar Mardjono (UI) atas kemungkinan kesembuhan Presiden. (lihat: Victor M. Fic., 2005:74)

6. Tanggal 9-8-1965
- Rapat Politbiro I: (Kantor CC PKI Jalan Kramat Raya 81 Jakarta).
Hadir 7 anggota tetap Politbiro: Aidit, Lukman, Njoto, Sudisman, Sakirman, Amir Anwar Sanusi dan Njono. Adjitotop tidak hadir (berkunjung ke Cina).
Aidit menyampaikan analisis tim dokter Cina dan masa depan rencana PKI:
  1. Konfrontasi fisik antara TNI-AD dan PKI dapat dicegah ketika kepemimpinan Presiden masih kuat,
  2. Ketika kepemimpinan Presiden Soekarno tidak efektif, TNI-AD memiliki kemampuan memukul PKI,
  3. Sebelum situasi terjadi, PKI harus melakukan langkah mendahului (pembersihan para Jenderal) melalui para perwira yang sudah dibina, yang akan dilaksanakan melalui Biro Chusus (BC). (lihat: Victor M. Fic., 2005:114)

7. Tanggal 12-8-1965
- Instruksi Aidit Kepada Sjam: (rumah Aidit).
Aidit & Sjam
Aidit memberi instruksi Sjam sebagai Kepala Biro Chusus Central (BCC) untuk mempersiapkan gerakan militer memukul pimpinan TNI-AD (Dewan Jenderal). Aidit menekankan agar gerakan militer bersifat terbatas, seolah-olah persoalan interen TNIAD. Sjam juga diintruksikan untuk menyusun konsep Dewan Revolusi sebagai lembaga tertinggi Negara pasca gerakan militer berhasil dilakukan. (lihat: Victor M. Fic., 2005:119)

8. Tanggal 14-8-1965
- Rapat Intern BCC Ke-I (rumah Sjam, Jl. Pramuka, Jakarta).
Pengurus inti Biro Chusus Central (BCC): Sjam, Pono dan Bono (Walujo).

Membahas instruksi Aidit:

  1. Gerakan pembersihan Pimpinan TNI AD harus bersifat terbatas dan merupakan gerakan militer,
  2. Gerakan meliputi penguasaan instansi-instansi vital seperti Telkom, RRI an Kereta Api,
  3. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat tiga kandidat pimpinan gerakan militer: Letkol Inf. Untung (Dan Yon Pengawal Cakrabiwara/pengawal Presiden), Kol. Inf. A. Latif (Dan Brigif I Kodam V/Jaya), Mayor Udara Sujono (Dan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan Udara (P3U),
  4. Sasaran gerakan militer: para Pimpinan TNI-AD yang tergabung dalam Dewan
    Jenderal,
  5. Organisasi gerakan dibagi dalam tiga bagian: militer, politik dan observasi,
  6. Perlu memanggil Biro Chusus Daerah (BCD) untuk diberikan instruksi. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:192)
9. Tanggal 15/16-8- 1965
- Laporan Rapat BCC (1) (rumah Aidit).
Sjam & Aidit
Sjam melaporkan hasil pembahasan rencananya (aksi mendahului Dewan Jenderal) dengan Pono dan Bono (Walujo) termasuk kandidat pimpinan gerakan militer. Aidit memerintahkan untuk menamba jumlah calon pimpinan. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)

10. Tanggal 17-8-1965
- Pidato Kenegaraan
Presiden Soekarno membacakan Pidato kenegaraan tulisan Njoto dengan judul“Capailah Bintang-Bintang di Langit”. Salah satu isinya ancaman kepada para Jenderal “pethak” akan ditendang keluar jika mengacaukan Nasakom. (Julius Pour, 2010: 84-85)
- Pernyataan Aidit
Aidit mengapresiasi ofensif revolusioner yang sedang bangkit. Ia menekankan satu-satunya jalan mencapai tujuan adalah:“melancarkan ofensif revolusioner di segala bidang”. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:58)

11. Tanggal 19/20-8-1965
- Rapat Intern BCC Ke-II (rumah Sjam)
Pengurus inti Biro Chusus Central (BCC): Sjam, Pono dan Bono (Walujo).
Sjam menyampaikan perintah Aidit untuk menghubungi dan memastikan kesanggupan calon-calon penggerak militer. Pono ditetapkan menghubungi Kolonel Latief dan Mayor Udara Sujono, Bono (Walujo) mendatangi Letkol Untung. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)

12. Tanggal 21-8-1965
- Rapat Intern BCC ke-III (rumah Sjam)
“Membahas laporan pertemuan Pono mendatangi Kolonel Latief dan Mayor Udara Sujono, Bono (Walujo) mendatangi Letkol Untung. Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung dinyatakan positif terhadap rencana gerakan dan bersedia menjadi pimpinan militer. Terdapat penambahan dua personil pemimpinan penggerak: Mayor Agus Sigit dari Brigif I Kodam V/Jaya dan Kapten Art. Wahyudi. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)
- Laporan Rapat BCC (2) (rumah Aidit, jam 23.00)
Aidit & Pengurus Inti BCC (Sjam, Pono dan Bono/Walujo).
Sjam, Pono dan Bono (Walujo) melaporkan hasil pembahasan BC tentang kesediaan calon pimpinan gerakan militer (Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung) dan dua tambahan calon pimpinan: Mayor Agus Sigit dari Brigif I Kodam V/Jaya dan Kapten Art. Wahyudi. Melaporkan pembagian tugas: Sjam dan Pono mempersiapkan organisasi dan personalia gerakan, Bono (Walujo) mengurusi bidang informasi dan observasi. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:194)

13. Tanggal 22-8-1965
- Rapat Intern BCC Ke-IV (rumah Sjam)
Pengurus inti BCC: Sjam, Pono dan Bono /Walujo).
Sjam, Pono dan Bono (Walujo) membicarakan pemanggilan BC Daerah: Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Sumbar dan Sumut. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)

14. Tanggal 24-8-1965
- Rapat Intern BCC Ke-V (jam 09.00)
“Mendengarkan laporan Pono mengenai kesanggupan Mayor Agus Sigit dari Brigif I Kodam V/Jaya dan Kapten Art. Wahyudi, Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)

15. Tanggal 25-8-1965
- Netralisasi Divisi SIliwangi (rumah Mayjen Rukmana Bandung).
Sjam, Kepala Staf Siliwangi (Mayjen Rukmana), Pangkopur Mandau Brigjen (Soepardjo), Wali Kota Bandung (Kol. Sukardi) & Harjana (BCD Jabar).
Sjam mengungkapkan situasi politik dan garis partai tentang “gerakan militer untuk mendahului Dewan Jenderal”. Sjam menganggap Mayjen Rukmana memberi dukungan atas gagasannya. Supardjo jauh sebelumnya telah memberikan dukungan terhadap rencana Sjam melalui Letnan Kolonel Latief. Hasil ini melegakan Aidit, karena berdasarkan informasi Sjam, satuan-satuan militer dari Jawa Tengah dan Jawa Timur telah berhasil dibina dan sewaktu-waktu dapat digunakan mendukung rencana PKI. (lihat: Victor M. Fic., 2005:121-124)

16. Tanggal 26-8-1965
- Rapat Politbiro II: bertempat di Kantor CC PKI Jalan Kramat Raya 81, Jakarta.
Anggota Politbiro yang diperluas: (Aidit, Lukman, Njoto, Sudisman, Sakirman, A. A. Sanusi, Njono, Rewang, Suwandi, Peris Pardede).
Peserta rapat mempercayai adanya Dewan Jendral yang akan melakukan kudeta tanggal 5 Oktober 1965. Anehnya validitas informasi diperoleh dari Kepala Staf BPI (Sutarto), yang bersumber dari Soedjarwo H, anggota PKI yang bertugas di DPR-GR.
Membicarakan “gerakan militer untuk mendahului” dengan memukul Dewan Jenderal dan akan dilanjutkan dengan pembentukan Dewan Revolusi. Menerima analisis perimbangan kekuatan militer yang dibuat Aidit. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:72)

17. Tanggal 27-8-1965
- Laporan Rapat BCC (3) (rumah Aidit, jam 22.00)
Aidit & Pengurus Inti BCC (Sjam, Pono dan Bono /Walujo).
Aidit memanggil Sjam, Pono dan Bono (Walujo) untuk didengar laporannya seputar kesanggupan Mayor Agus Sigit (Brigif I Kodam V/Jaya), Kapten Art. Wahyudi, Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung sebagai pimpinan gerakan militer. Aidit mengingatkan kembali instruksi kepada Sjam tentang pembentukan suatu Dewan dan sasaran gerakan. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:194)

18. Tanggal 28-8-1965
- Rapat Politbiro III: bertempat di Kantor CC PKI Jalan Kramat Raya 81, Jakarta.
Anggota Politbiro yang diperluas.
Rapat membenarkan/menyetujui “gerakan militer untuk mendahului” Dewan Jendral dan pembentukan Dewan Revolusi, menyerahkan soal militer kepada Aidit, menyerahkan soal-soal politik umum dan pembagian kader daerah kepada Dewan Harian Politbiro CC PKI (Aidit, Lukman dan Njoto), menugaskan Njono, ketua BCD Jakarta Raya untuk menyiapkan 2000 tenaga cadangan tempur. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:72)

19. Tanggal 2-9-1965
- Rapat Pendahuluan (rumah Latief, pkl. 20.00).
Sjam, Letkol Untung, Kol. Latief, Mayor Udara Sujono dan Pono.
Pertemuan pendahuluan antara Sjam dengan calon pimpinan gerakan militer (Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung). Konsep Dewan Revolusi yang telah disusun, diajukan dalam rapat. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:194)

20. Tanggal 4-9-1965
- Instruksi BCC – BCD Jakarta (rumah Sjam pukul 10.00).
Sjam dan Biro Khusus Daerah Jakarta.
Penyampaian hasil keputusan Politbiro CC PKI tentang gerakan melumpuhkan Dewan Jenderal, identifikasi pemetaan dukungan dari BCD (Biro Chusus Daerah) Jakarta yang ternyata masih lemah khususnya dalam hal penetrasi satuan-satuan militer, intruksi Sjam kepada BCD Jakarta dalam turut serta melumpuhkan Dewan Jenderal & pembentukan Dewan Revolusi (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)

21. Tanggal 6-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan I: (rumah Kapt.Art. Wahyudi, Jln. Sindanglaya No. 5 Jakarta, pukul 20.00).
Sjam, Pono, Letkol Inf. Untung, Kol. Inf. A. Latief, Mayor Udara Sujono, Mayor Inf. Agus Sigit dan Kapt. Art. Wahyudi.
Perkenalan peserta rapat komando pembersihan, penjelasan seputar isu Dewan Jenderal yang akan melakukan Coup pada tanggal 5 Oktober 1965 dan sakitnya Presiden (analisis dokter Cina), pembahasan Instruksi Aidit untuk mendahului coup Dewan Jenderal melalui gerakan militer. Peserta rapat menyetujui informasi Sjam dan tidak menanyakan bukti-bukti kebenaran Dewan Jenderal. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

22. Tanggal 8-9-1965
- Instruksi BCC – BCD Jabar.
Sjam dan Biro Khusus Daerah Jawa Barat.
Petunjuk-petunjuk umum situasi politik terbaru, pemetaan dukungan dari BCD Jabar yang ternyata masih lemah khususnya dalam hal penetrasi satuan-satuan militer, petunjuk bagi BCD Jabar dalam perebutan kekuasaan di wilayah Jabar dan Intruksi Sjam agar BCD mengikuti siaran RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)

23. Tanggal 9-9-1965
- Pidato Aidit.
Sukarelawan Departemen Penerangan RI.
Pernyataan Aidit:
“…kita berjuang untuk sesuatu yang pasti akan lahir. Kita kaum revolusioner adalah bagaikan bidan daripada bayi masyarakat baru itu. Sang bayi lahir dan kita kaum revolusioner menjaga supaya lahirnya baik, dan sang bayi cepat jadi besar.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:58)
- Rapat Komando Pembersihan II: (rumah Kapt.Art. Wahyudi).
Sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan I.
Eksplorasi pandangan peserta rapat, pembahasan organisasi gerakan, identifikasi dan pengaturan kesatuan yang ada di Jakarta, kekuatan yang dapat digunakan dan identifikasi calon pimpinan gerakan. Latif dan Sudjono menyarankan agar operasi dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan yang bersahabat di Jakarta: 4 Kompi Brimob, 2 Kompi Brigade Infantri dan 3 Kompi Tjakrabirawa (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146).

24. Tanggal 13-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan III: (rumah Kol. Inf. A. Latief, Jln Cawang I, Jatinegara)
“ Mengidentifikasi kesatuan yang ada di Jakarta (rapat memandang positif komitmen pasukan Tjakrabirawa sebagai kandidat pelaksana gerakan pembersihan para Jenderal), menerima kekuatan tambahan P3AU dari Mayor Sudjono, AKRI dan ALRI harus dinetralisasi, sasaran gerakan meliputi Jenderal-Jendral AD dan obyek-obyek vital (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146).

25. Tanggal 13-9-1965
- Instruksi BCC – BCD Jatim.
Sjam dan Biro Khusus Daerah Jawa Timur.
Hasil pemetaan dukungan BCD Jatim dengan adanya dukungan satuan-satuan militer yang telah dibina dan akan menghadiri peringatan hari ABRI, 5-10-1965 di Jakarta, petunjuk Sjam bagi BCD Jatim dalam perebutan kekuasaan di wilayah Jatim, instruksi Sjam agar BCD mengikuti siaran RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)

26. Tanggal 14-9-1965
- Pernyataan Aidit
Anggota Sidang Dewan Nasional SOBSI.
Pernyataan Aidit di depan Anggota Sidang Dewan Nasional SOBSI dan diulas dalam Editorial Harian Rakjat (Koran PKI):
“…yang paling penting sekarang ini, bagaimana kita memotong penyakit kanker dalam masyarakat kita, yaitu setan kota. Kalau revolusi mau tumbuh dengan subur, kita harus menyingkirkan kaum dinasti ekonomi atau kabir dan setan kota dari segenap aparatur politik dan ekonomi Negara.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:58)
- Informasi Penculikan
Jendral S. Parman & Jenderal A.Yani
Siang hari, Jenderal S. Parman (Asisten Intelijen AD), melapor kepada Jendral A. Yani, temuan yang masih harus dicermati seputar rencana penculikan terhadap pimpinan Angkatan Darat tanggal 18 September. Jendral Yani memerintahkan untuk meningkatkan penjagaan dan menumpas pergerakan penculik. (Julius Pour, 2010: 86)

27. Tanggal 15-9-1965
- Instruksi BCC – BCD (Keempat).
Sjam dan Biro Khusus Daerah Jawa Tengah.
Petunjuk tugas bagi BCD Jawa Tengah dalam perebutan kekuasaan di Jateng, Salim (Ketua BCD Jawa Tengah) mengkonfirmasi satuan-satuan militer binaan yang akan mengikuti HUT ABRI, Instruksi Sjam agar BCD mengikuti siaran RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)
- Rapat Komando Pembersihan IV: (rumah Kol. Inf Latief).
Sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan III minus Mayor Inf. Agus Sigit.
Mayor Inf. Agus Sigit tidak hadir, karena dalam rapat sebelumnya tidak meyakini adanya Dewan Djenderal. Atas ketidakhadiran itu, kontribusi dan komitmen pasukan Sigit dianggap negatif oleh Sjam. Pembahasan kesatuan-kesatuan yang dapat diajak dalam gerakan militer (Batalyon Tjakrabirawa pimpinan Letkol inf. Untung), Batalyon pimpinan Mayor A. Sigit (Brigif I Kodam VI Jaya), pasukan P3AU pimpinan Mayor Udara Sudjono, Artileri dari Kapten Wahyudi (belum ada kepastian), Kavaleri (belum ada kepastian). Sjam menginformasikan tambahan pasukan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang hadir di Jakarta dalam rangka HUT ABRI. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

28. Tanggal 16-9-1965
- Misi Rahasia Omar Dhani ke RRC
Omar Dhani, Srimulyono Herlambang, Agustinus Andoko & 5 teknisi AURI.
Omar Dhani melakukan penerbanagan rahasia (hanya diketahui Bung Karno, Subandrio dan Aidit) menuju ke Peking didampingi Srimulyono Herlambang, Komodor Agustinus Andoko, dan lima teknisi AURI untuk melakukan pembahasan teknis pengiriman bantuan senjata RRC. (Julius Pour, 2010: 86)

29. Tanggal 17-9-1965
- Instruksi BCC – BCD (Kelima).
Sjam dan Biro Khusus Sumatera Barat.
Membahas situasi dan instruksi Politbiro dan rencana gerakan pembersihan Dewan Jenderal, membahas masalah organisasi, membahas kesanggupan BCD Sumbar melaksanakan instruksi BCC, instruksi dari Sjam untuk mengikuti RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)
- Pemanggilan Tahap I Sukwan-Sukwati
500 orang Sukwan-Sukwati
Pemanggilan Tahap I Sukwan-Sukwati yang pernah dilatih kemiliteran di Lubang Buaya. Sebanyak 500 Sukwan-Sukwati memenuhi panggilan. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:191)
- Rapat Komando Pembersihan V: (rumah Kol. Inf Latief).

Sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan IV.
Kesimpulan rapat mengenai pasukan yang bisa dipastikan mengikuti pembersihan Dewan Jenderal: Satu Batalyon Brigif I Kodam V/Jaya Pimpinan Kol. Inf. A. Latif, Satu Batalyon P3AU Pimpinan Mayor Udara Sujono, Satu Kompi Artileri Pimpinan Kapt. Art. Wahjudi, Satu Kompi Tjakrabirawa Pimpinan Letkol Untung, Sjam memastikan keterlibatan satu Batalyon Brawijaya Jatim dan satu Batalyon Diponegoro Jateng. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

30. Tanggal 18-8-1965
- Antisipasi Penculikan Jenderal TNI AD.
TNI AD
Rumah Dinas Pimpinan AD dijaga ketat sepanjang malam (sebagaimana instruksi Jendral A. Yani kepada Jenderal S. Parman) tentang rencana penculikan para Jendral TNI AD. (Julius Pour, 2010: 86).

31. Tanggal 19-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan VI: (rumah Sjam Jln Salemba Tengah, Jakarta).
Orang-orang yang sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan V.
Membahas organisasi gerakan: bidang politik (Sjam dan Pono), bidang militer (Letkol Inf. Untung dan Kol Inf. A. Latief), bidang observasi (bono). Bidang militer meliputi bagian penggempur, bagian teritorial dan bagian logistik/cadangan, Pasukan penggempur dinamakan Pasopati dibawah Lettu Dul Arief (Tjakrabirawa), Pasukan teritorial diberi nama Bima Sakti dibawah pimpinan Kapten Suradi (Brigif I) dan Pasukan Cadangan diberi nama Gatotkaca dibawah pimpinan Mayor Udara Gathot Sukrisno. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)
32. Tanggal 20-9-1965

- Instruksi BCC – BCD (Keenam).
Sjam dan Biro Khusus Sumatera Utara.
Kesanggupan Biro Khusus Daerah Sumut melaksanakan instruksi Sjam, Hasil pemetaan, dukungan BCC Sumatera Utara belum cukup kuat, Instruksi Sjam untuk mengikuti RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)

33. Tanggal 22-9-1965
- Pernyataan Aidit
Karyawan BNI
Pernyataan Aidit di depan Karyawan BNI:
“Kabinet sekarang belum Nasakom, hanya mambu nasakom. Oleh karena itu Kabinet berporos Nasakom harus segera dibentuk.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:59)
- Rapat Komando Pembersihan VII: (rumah Sjam, pukul 22.00)
Orang-orang yang sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan VI minus Kapt. Art. Wahjudi.
Sasaran operasi: Pasopati (Perwira Tinggi Pimpinan TNI-AD), Bima Sakti (RRI, Kantor Besar Telkom dan Penguasaan Teritorial), Gatotkaca (koordinasi di Lubang Buaya dan menghimpun tenaga cadangan, Jakarta dibagi enam sektor militer (utara, tengah, selatan, timur, barat dan Tanjung Priok. Letkol Inf. Untung ditetapkan untuk menghubungi pasukan Jawa Tengah dan Jawa Timur sesampainya mereka di Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

34. Tanggal 24-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan VIII: (rumah Sjam, Jakarta, pukul 20.00).
Peserta Rapat Komando Komando VII.
Kesanggupan personil, penentuan tepat komando pimpinan gerakan dan penentuan daerah pengunduran: kompleks Halim dan Pondok Gede, penentuan tempat komando Cenko), Njono diperintah membentuk sektor-sektor: Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Senayan. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)
- Pernyataan Aidit
Anggota Sarbupri
Pernyataan Aidit di depan anggota Sarbubri (Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia):
“…jangan hanya berjuang untuk satu ikan asin, tetapi berjuang juga naar de politieke macht. Jangan menjadi landasan, jadilah palu godam. Perjuangan Kabinet Nasakom dengan menteri-menteri yang kenal, dicintai dan didukung rakyat. Jangan seperti sekarang, mereka hanya hidup dari distribusi kewibawaan Bung Karno. Bila ini berhasil, kaum proletar tidak akan kehilangan sesuatu apapun kecuali belenggu mereka…”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:59)

35. Tanggal 25-9-1965
- Pengiriman Pengurus CC Ke Daerah
Lukman, Ir. Sakirman, Rusain Widjayasastra, Munir dan Asmu, Suwardiningsih, Peris Pardede & Njoto.
BCC memerintahkan anggota-anggota CC ke daerah untuk mengarahkan operasi-operasi perebutan kekuasaan lokal. Lukman ditugaskan mengarahkan operasi perebutan kekuasaan di Semarang; Ir. Sakirman ke Yogyakarta dan Jawa Tengah; Rusain Widjayasastra, Munir dan Asmu ke Surabaya, Suwardiningsih ke Palembang Sumatera Selatan, dan Peris Pardede & Njoto Ke Medan Sumatera Utara.
Pemberangkatan + 600 pejabat Indonesia untuk menghadiri peringatan Hari Kemerdekaan RRC tanggal 1 Oktober (tanggal pemberangkatanya perlu diverivikasi lagi).

36. Tanggal 26-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan IX: (rumah Sjam, Jakarta, 21.00).
Peserta Rapat Komando Komando VIII.
Membahas laporan Mayor Udara Sudjono tentang persiapan di Gedung Penas yang disebut Central Komando (Cenko) I dan rumah Sersan AURI Anis Sujatno (kompleks Perumahan Bintara) sebagai Cenko II dan persiapan daerah pemunduran di Pondok Gede dan Halim. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)
- Pernyataan M. Munir
Masa Sarbupri
Pernyataan M. Munir, Ketua Umum SOBSI di depan massa Sarbupri:
“…jadikanlah perkebunan-perkebunan untuk markas pertahanan.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:59).
37. Tanggal 27-9-1965
- Pernyataan Aidit
IPPI
Doktrin Aidit kepada Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI):
“Hati kita lebih dari lapar, kita tidak akan serahkan nasib kita kepada setan kota, kita akan ganyang dan kalahkan setan kota.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:60)
- Info Dewan Jendral di Tjakrabirawa.
Kapt. Inf. Soewarno, Komandan Kompi I, Batalyon I Tjakrabirawa melakukan breafing anak buahnya bahwa:
“Dewan Jenderal akan segera mencoba merebut kekuasaan, Tjakrabirawa harus turun tangan untuk melakukan pencegahan.”
38. Tanggal 28-9-1965
- Pemanggilan Sukwan-Sukwati
800 orang Sukwan-Sukwati
Pemanggilan tahap II, Sukwan-Sukwati yang pernah dilatih kemiliteran di Lubang Buaya. Sebanyak 800 Sukwan-Sukwati memenuhi panggilan, Kode/sandi untuk pasukan dibagikan. Sandi dibuat oleh anggota Gerwani. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:191)
- Instruksi CC PKI
CDB (Pengurus Daerah)
Instruksi PKI pasca 1 Oktober:
CC PKI mengirim surat instruksi kepada semua CDB:

  • (a) apabila sesudah 1-10-1965 mengalami kegagalan, semua senjata api yang sudah diterima harus disingkirkan/dibuang,
  • (b) pura-pura membubarkan diri,
  • (c) memberi petunjuk kepada kawan-kawan yang berasai dari luar daerah,
  • (d) mengurangi kecurigaan aparat,
  • (e) setelah dipahami, surat instruksi agar dibakar.

- Ceramah A. Yani (pagi)
Jendral A. Yani memberikan ceramah kepada pengurus persit (Persatuan Istri Tentara) mengenai situasi politik dalam negeri. (Julius Pour, 2010: 87)

Berdasar pernyataannya ketika berkunjung ke letkol Hereoe (29-9-1965), Komodor Udara Surjono, Irjen Markas Besar Angkatan Udara (MBAU) melihat spanduk warna merah di Jalan Thamrin bertuliskan “Tunggu Apa Lagi?” (Julius Pour, 2010: 108)

- Info Penculikan (siang)
Jenderal Sudono (mantan atase militer Indonesia di Peking), memberikan informasi kepada Jenderal Harjono, Deputi III Panglima AD, tentang adanya rencana penculikan para Jendral (termasuk MT Haryono) dalam dua hari. Jendral MT. Haryono menanggapinya dengan tertawa, tidak melapor dan tidak mendiskusikan dengan staf atau memperkuat penjagaan rumahnya. (Julius Pour, 2010: 86)
Kolonel Kav. Herman Sarens Soediro dan Kol.Inf. Muskita melapor kepada Pangdam V/Djaya Mayjen Umar Wirahadikusumah seputar berita akan adanya “penjemputan paksa” (penculikan) sejumlah Jendral TNI AD. Pangdam Djaya tampaknya kurang tanggap dan justru menghardik, “tahu apa kalian”. Kedua perwira itu kemudian melaporkan kepada Jenderal Soeharto dan ditanggapi dengan tenang/ tanpa reaksi berlebihan. (Julius Pour, 2010: 137)

- Soebandrio & Njoto Turba
Soebandrio & Njoto
Soebandrio dan Njoto Turba ke Medan dalam rangka mempersiapkan “masa depan” Presiden Soekarno pasca kudeta. (Victor M. Fic., 2005:149).

- Misi Latif Membujuk Letjen Soeharto
Misi Latif membujuk Letjen Soeharto ke-I:
Latief dan keluarganya sowan ke Letjen Soeharto di Jln. H. Agus Salim. Ia memberitahu Letjend Soeharto kalau dirinya sudah menjadi Dan Brigif Jaya Sakti Kodam V Jaya dan sedang mempersiapkan anak buahnya keahlian karate. Ia menanyakan apakah Pak Harto mau latihan karate yang dijawab: “Saya lebih baik mendalami pencak silat saja."
Kemudian Latief menanyakan tentang adanya: “Dewan Jenderal” yang akan kudeta Presiden Soekarno dan dijawab bahwa Dewan Jenderal tidak ada, yang ada Wanjakti (Dewan Jabatan Kepangkatan Tertinggi). Pak Harto menceritakan anaknya (Tommy) sedang dirawat dirumah sakit karena ketumpahan sup. (Bakri A.G Tianlean, 2010:159)
Mengenai isu Dewan Jenderal, Letjen Soeharto menyarankan untuk menyelidiki isu itu terlebih dahulu. Karena banyak tamu, Latief tidak bisa melanjutkan misinya membujuk Letjen Soeharto. (Victor M. Fic., 2005:159)

39. Tanggal 29-9-1965
- Pernyataan Aidit
Peserta Konggres CGMI
Doktrin Aidit kepada peserta Konggres III CGMI:
“Mahasiswa komunis harus berani berfikir dan berani berbuat. Berbuat, berbuat, berbuat. Bertindak dan berbuat dengan berani, berani. Sekali lagi, berani.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:59)
Menurut Kapt Inf Soekarbi (Wadanyon 530/Para Brawijaya) pada tanggal ini Yon 454/Diponegoro, Yon 530/ Para Siliwangi dan Yon 540/Para Brawidjaya dikumpulkan di markas Kostrad (depan Stasiun Gambir) dan dilakukan inspeksi oleh Brigjen Kemal Idris didampingi Asisten I Kolonel Yoga Soegomo, Asisten II Kolonel Wahono dan Asisten III Kolonel Sruhardojo. (Julius Pour, 2010: 106)
- Pernyataan A. Anwar Sanusi
Sukarelawan BNI
Pernyataan Wakl Sekjen PB Fron Nasional/ Anggota Politbiro CC PKI, Amir Anwar Sanusi dihadapan para sukarelawan BNI:
“Kita sedang dalam situasi dimana Ibu Pertiwi dalam keadaan ‘hamil tua’. Sang bidan siap dengan alat yang diperlukan untuk menyelamatkan sang bayi yang sudah lama dinanti-nantikan. Sang bayi adalah kekuasan politik yang sudah ditentukan dalam Manipol. Sang bidan adalah massa rakyat Manipolis. Sukwan adalah satu alat penting ditangan sang bidan. Ada segelintir setan yang mengancam keselamatan Ibu Pertiwi dan bayi yang akan dilahirkan.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:60)
Letkol Udara Heroe Atmodjo menerima kunjungan Komodor Udara Suwnondo (komandan PAU Iswahyudi Madiun merangkap Komandan Wing 003 Pembom) dan Komodor Udara Surjono, Irjen Markas Besar Angkatan Udara (MBAU). Suwondo menyebutkan beberapa hari sebelumnya suasana madiun disemarakkan yel-yel:
“Ganyang Kabir, Ganyang Nekolim”,
suasananya mirip Kudeta PKI madiun akan meletus. Komodor Udara Surjono menambahkan melihat spanduk warna merah di Jalan Thamrin:
“Tunggu Apa Lagi?”.
Heroe memberi briefing kepada keduanya seputar konfrontasi dengan Malaysia dan rumor Dewan Jendral yang harus ditelusuri lebih lanjut. Heroe kemudian menghadap Komodor Udara Dewanto (Deputi Operasi merangkap Direktur Intelejen Departemen AU). Setelah itu Komodor Udara Dewanto meninggalkan kantor bersama Omar Dhani. (Julius Pour, 2010:109)

- Omar Dhani Lapor Presiden
Omar Dhani melapor kepada Presiden, adanya rasa tidak puas sejumlah perwira muda anak buah Jenderal Soepardjo terhadap pimpinan AD. Presiden meminta Dhani dan Supardjo menghadap pada minggu 3 Oktober di Istana Bogor. (Julius Pour, 2010: 87)

- Rapat Komando Pembersihan X: (rumah Sjam Jln Salemba Tengah, Jakarta) (pukul 21.00).
Peserta Rapat Komando Pembersihan VIII ditambah Brigjen Soepardjo.
Sjam memperkenalkan Brigjen Supardjo, yang akan memimpin delegasi keempat angkatan menghadap dan memberitahu Presiden bahwa dirinya dalam keadaan bahaya untuk kemudian “mengamankan Presiden ke Halim”, Pemeriksaan organisasi gerakan militer dan tenaga cadangan/bantuan pasukan Yon 530 dan Yon 454, Penentuan sasaran dan pengamanan Perwira Tinggi TNI-AD setelah nantinya diambil tindakan (diculik).

Sjam memberi penjelasan (dan disetujui peserta rapat) nama-nama Jendral TNI AD yang akan dibersihkan/ diculik: Jendral AH Nasution (Menko Hankam/KASAB), Letjen A. Yani (Menteri/ Panglima AD), Mayjen S. Parman (Kepala Intelijen AD), Mayjen Seprapto, Mayjen MT Haryono, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutojo Siswomihardjo dan Brigjen A. Sukendro, Perubahan Hari-H dan Jam-J dari tanggal 30 Sept 1965 pukul 4.00 menjadi Tanggal 1 Oktober dini hari.
Semua komandan harus berada di Cenko Penas tanggal 30 September 1965 pukul 23.00, Sjam mengungkapkan bahwa gerakan militer ini akan melahirkan“Dewan Revolusi” dengan ketuanya Letkol Untung, menyepakati rapat selanjutnya tanggal 30-9-1965, pukul 10.00. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

- Laporan BCC (4) (rumah Aidit, malam hari)
Aidit, Sjam, Kolonel Latief, Letkol Untung, Mayor Udara Sudjono.
Sjam, Kolonel Latief, Letkol Untung, Mayor Udara Sudjono menemui Aidit untuk melaporkan hasil Rapat Komando Pembersihan (organisasi gerakan, nama, gerakan, hari H jam D, susunan Dewan Revolusi dan Dewan Militer. Aidit merubah nama gerakan dari “Operasi Takari”menjadi “Gerakan 30 September.” (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:205)

Sumber: Sekretariat Negara (1994: 68-81), Saleh As’ad Djamhari, et all (192-104) dan diolah dari berbagai sumber.

No comments:

Post a Comment

Trending

Bukan Karena Pasukan China Wahai Profesor

Ketika Profesor Islam Nusantara Said Aqil Siradj berpidato mengelu-elukan PASUKAN CINA AGRESOR yang "jasanya" berhasil membunuh 5...