Tuesday, December 18, 2018

Bukan Karena Pasukan China Wahai Profesor

Ketika Profesor Islam Nusantara Said Aqil Siradj berpidato mengelu-elukan PASUKAN CINA AGRESOR yang "jasanya" berhasil membunuh 5000 (lima ribu) LEBIH ANAK NEGERI NUSANTARA:

Sang Profesor berkata:

"TANPA PASUKAN CINA, TIDAK AKAN ADA MAJAPAHIT. ARTINYA TANPA PASUKAN CINA TIDAK ADA INDONESIA"

Hal ini tentu termasuk sebuah sanjungan mulia terhadap tragedi #radikalisme_Pasukan_Cina_penjajah terhadap anak bangsa di masa lampau.

Namun kami merasa aneh dengan pernyataannya yang membenarkan dan mengunggulkan paham sinkretisme agama dan menjuluki ulama yang berjuang untuk agama sebagai ulama yang melakukan kekerasan.

Prof. Said Aqil Siradj berkata:

"Syukuran Dewi Sri. Kalau mau panen itu ada Dewa yang menjaga tanaman. Perempuan, namanya Dewi Sri. ITU HARUS DISLAMETI LHO, DIHORMATI SUPAYA PANENNYA JADI. NGGAK PAPA, yang penting isinya ceramah agama, sholawatan, baca Qur'an, baca Yasin, bagus kan? Budayanya lestari agamanya jadi kuat.

Kalau tanpa budaya, jangan harap orang Jawa bisa menerima. Orang Jawa orang keras juga sebenarnya. Kalau dengan kekerasan akan dilawan sampai mati.

Buktinya:
LIMA ULAMA YANG MENYERANG MAJAPAHIT DENGAN KEKERASAN MATI SEMUA:bangbang:
Syaikh siapa? Syaikh...Kata Gus Dur siapa tuh...Abdul Qadir As-Sini, Tamkilhan kata Gus Dur. Kemudian Syaikh..eee..Samarkhandi. LIMA ULAMA YANG MEMIMPIN PARA PETANI MELAWAN MAJAPAHIT MATI SEMUA DI PINTU GERBANG MAJAPAHIT."
-selesai penukilan-
Hal di atas sebagaimana yang dia ucapkan dalam video bukti berikut:


 Firman Allah Ta'ala:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚإِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS. Al-Isra': 81)

Maka kita katakan dengan lantang:

BUKAN, BUKAN KARENA JASA PASUKAN CINA PENJAJAH SEHINGGA INDONESIA ADA

Tetapi Bad'allah, kemudian tanpa Jihadnya Para Wali Dan Tentara Islam di Nusantara, Tidak Ada Indonesia

-

Semangat jihad yang terus berkobar-kobar di dalam dada kaum muslimin Indonesia itulah yang mewarnai perjuangan heroik para pahlawan Nusantara sepanjang masa.

Berikut salah satu contohnya:

Pekik Takbir Bung Tomo 1945 Membantah Said Aqil Siradj -



Data Publik

Bahkan  PASUKAN CINA yang gagal total menjajah Nusantara lari terbirit-birit kembali ke negerinya

(1) Sinkretisme adalah suatu proses perpaduan dari beberapa paham-paham atau aliran-aliran agama atau kepercayaan. Pada sinkretisme terjadi proses pencampuradukkan berbagai unsur aliran atau paham, sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan. Istilah ini bisa mengacu kepada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri-ciri tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan dengan demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan yang melandasi memungkinkan untuk berlaku inklusif pada agama lain. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sinkretisme

Resmi: Kelompok Ikhwanul Muslimin Mengkader Para Teroris

RESMI: KELOMPOK IKHWANUL MUSLIMIN MENGKADER PARA TERORIS 

Resmi: Kelompok Ikhwanul Muslimin Mengkader Para Teroris


Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Muhammad bin Salman hafizhahullah mengatakan:

 لو نظرت إلى أسامة بن لادن، فستجد أنه كان من تنظيم الاخوان المسلمين… ولو نظرت للبغدادي في تنظيم داعش، فستجد أنه أيضا كان من الاخوان المسلمين... وفي الواقع؛ لو نظرت إلى أي إرهابي، فستجد أنه كان من الاخوان المسلمين. 


"Seandainya Anda memperhatikan Usamah bin Ladin, Anda akan mendapati dirinya dahulu berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin, seandainya Anda memperhatikan (Abu Bakr) al-Baghdadi pada kelompok ISIS, Anda akan mendapati dirinya juga dahulu berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin, dan fakta juga menunjukkan bahwa seandainya Anda memperhatikan teroris yang mana saja, Anda akan mendapati dirinya juga dahulu berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin."

https://twitter.com/AjelNews24/status/982523757100224513?s=19

Wednesday, July 20, 2016

Pembelaan Gus Dur Kepada Komunis (PKI)

Hasil pertemanan Gus Dur dengan Komunis/PKI di masa-masa tumbuh kembangnya, menjadikan Gus Dur gigih melindungi dan membela Komunis/PKI.

Dengan kedok kebebasan, atas nama demokrasi, atau memperjuangkan HAM, berbagai upaya Gus Dur lakukan, baik secara lisan, tulisan, kekuatan dan tindakan terus dia lancarkan.

Sungguh ironi, di satu sisi NU dan kaum muslimin menjadi korban keganasan PKI, di sisi yang lain tokoh yang dibanggakan NU, seorang yang disebut ulama bahkan digadang sebagai wali oleh warga Nahdliyyin tersebut justru menjadi pembela utama kaum pengingkar tuhan negeri ini.
REKAM JEJAK PEMBELAAN GUS DUR KEPADA KOMUNIS (PKI)

1. Menulis Kata Pengantar Untuk Buku Anak PKI
Saat Ribka Tjiptaning menulis buku "Aku Bangga Jadi Anak PKI" Gus Dur menulis sambutan dalam bukunya.
Tak hanya itu, pada saat launching buku tersebut Gus Dur pun turut menghadiri dan datang lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Padahal, Gus Dur sebenarnya sudah memiliki acara di luar kota namun dibatalkan.
"Pak Dur (Gus Dur) saat itu datang lebih awal satu jam. Pak Dur mengaku takut launching buku saya diserbu,"

ucap Ribka.

Bahkan ketika Ribka Tjiptaning hendak menulis buku kedua, yang akan diberi judul "Anak PKI Masuk Parlemen", Gus Dur mengetahui, setuju dan hanya tertawa.
"Pak Dur saat itu pun tertawa mendengar judul tersebut. Pak Dur berkata 'sampean kok bikin judul yang seram-seram,"

ujarnya.

2. Meminta Maaf Kepada PKI

Gus Dur minta maaf kepada PKI, ketika berkunjung ke rumah Pramudya Ananta Toer, seorang sastrawan yang juga tokoh Lekra (ormas PKI). Meskipun akhirnya Gus Dur harus menelan pil pahit, karena sebaliknya tokoh PKI Pramudya Ananta Toer tidak mau meminta maaf pada NU.


Ini sekaligus menunjukkan bahwa PKI adalah kaum pendendam, hanya menuntut pihak lain untuk meminta maaf, namun tidak sebaliknya.

Seharusnya kader-kader PKI yang hari ini masih hidup dan anak-anak PKI, merekalah yang harus meminta maaf, atas tiga kali kudeta yang mereka lakukan. Karena PKI lah yang memberontak, membunuh dan membantai rakyat negeri ini. Adapun korban berjatuhan dari pihak PKI sebagai imbas atau akibat perbuatan mereka sendiri.

3. Gus Dur Mengusulkan Untuk Mencabut TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966
Kader-kader Partai Komunis Indonesia (PKI) atau anak-anak PKI memperoleh angin segar saat Gus Dur menjadi presiden. Karena saat itu Gus Dur yang mantan Ketum PBNU tersebut dengan lantang menyerukan penghapusan TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966.

Yaitu Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme.

Jika TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966 berhasil dicabut atau dihapuskan, maka PKI-Komunis-Marxisme-Leninisme-Aiditisme-Maoisme akan mudah mencengkeramkam taring Ateisme di negeri ini.

Video pembelaan Gus Dur terhadap PKI, dengan berupaya mencabut TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966, bisa simak di sini:


Namun gaung usul pencabutan TAP MPRS XXV/1966 berakhir bersamaan dengan berakhirnya kepemimpinan presiden Gus Dur. Pada rapat fraksi komisi B DPR RI hari Minggu 3 Agustus 2003, semua fraksi sepakat tidak mencabut TAP MPRS XXV/1966, termasuk Fraksi TNI/Polri.


4. Bagi Gus Dur, Orang Komunis Bukan Kafir

Hal ini sebagaimana dipersaksikan oleh Gus Mus, dalam acara haul Gus Dur keempat pada 16 Desember 2013 di Yogyakarta, Gus Mus berkata:
"Dia (Gus Dur) menganggap orang komunis sebagai sesama manusia, bukannya orang-orang kafir."


Jika benar nukilan dari Gus Mus ini, maka sungguh pernyataan Gus Dur tersebut bagian dari pemutar balikkan fakta, karena jelas-jelas pendiri Komunis Karl Marx menegaskan:
“Eksistensi Tuhan tidak masuk akal!
Tuhan adalah konsep yang menjijikkan!
Pendek kata, aku menaruh dendam kepada apa saja yang dinamakan dengan Tuhan!”

Karl Marx juga mengatakan:
“Agama adalah racun narkoba bagi masyarakat!
Menghujat agama adalah syarat utama dari semua hujatan!”

Gembong komunis lainnya Lenin berkata:
“Matilah!
Mampuslah agama!
Hiduplah Atheisme!
Kita harus memperlakukan agama dengan bengis!
Kita harus memerangi agama!”
Dari pernyataan tokoh-tokoh Komunis di atas nyatalah bahwa kaum Komunis bukan saja kafir, bahkan Atheis, anti Tuhan dan anti agama.

Justru keyakinan Gus Dur ini menunjukkan pembelaannya yang paripurna kepada Komunis dan PKI.
Allahul Musta'an

Tuesday, July 19, 2016

Gus Dur di Bawah Asuhan Komunis

Gus Dur mantan Ketum PBNU dikenal sangat dekat dengan Komunis, hal ini bisa diketahui dari masa tumbuh kembangnya, ucapan-ucapan, statemen-statemen dan tindakan-tindakannya.

GUS DUR DI BAWAH ASUHAN KOMUNIS
Seperti kita ketahui sejak dini Gus Dur dididik di SD Kris Jakarta. Kemudian Melanjutkan ke SMEP Gowongan Yogyakarta yang dikelola oleh Yayasan GEREJA KATOLIK ROMA. Ditengah proses belajar Gus Dur di sekolah Kristen Katolik tersebut, Gus Dur bergaul dan diasuh oleh 2 orang guru yang berpaham komunis Pak Sumantri, dan Bu Robi’ah yang anggota Gerwani -Gerakan Wanita milik Partai Komunis Indonesia (PKI).


Bahkan dikemudian hari Gus Dur banyak mempelajari buku-buku komunis karangan dua gembong komunis dunia, buku “What is to Be Done” karangan Lenin, dan buku “Das Capital” karya Karl Marx. Buku-buku itu dipinjam Gus Dur dari Sumantri gurunya yang komunis tersebut.


Demikian pula Gus Dur muda senantiasa bergaul dengan Saimo, seorang anggota Pemuda Rakyat -Gerakan Pemuda PKI. Yang menceritakan kegiatan dan berbagai gagasan komunis yang mereka usung, sehingga menjadikan Gus Dur sangat tertarik kepada paham komunis.

KEAKRABAN KH WAHID HASYIM DENGAN TOKOH KOMUNIS TAN MALAKA

Pada hari Senin, 04 April 2016, media resmi NU, menampilkan sebuah berita tentang hubungan baik antara KH Wahid Hasyim ayah Gus Dur dengan Tan Malaka tokoh Komunis Indonesia, yang juga merupakan anggota komintern (jaringan komunis) internasional.
Dalam ulasan tersebut dikisahkan:
Waktu itu Gus Dur bercerita,
"Ayah saya yang kebetulan seorang kiai sering didatangi orang di waktu sore. Saya ingat betul, saat saya masih kecil, sekitar pukul 7 ada orang mengetuk pintu. Ketika pintu saya buka, saya tanya cari siapa pak?
Tamu yang mengaku bernama Husein tersebut kemudian menjawab bahwa dia mencari ayahnya. Tamu tersebut menurut Gus Dur seperti orang Indonesia lainnya, yaitu juga pakai peci. Kemudian Gus Dur yang masih anak-anak, itu memberitahukan kepada ayahnya yang sedang di dalam bahwa beliau dicari Pak Husein.
Begitu mendengar nama Husein, kata Gus Dur, ayahnya langsung bangun dan menemui tamunya sambil berpelukan mesra. Dan selanjutnya memerintahkan Gus Dur yang waktu itu masih berumur sekitar 4-5 tahun agar meminta ibunya menata hidangan.
Baru belakangan setelah Gus Dur berumur 50 tahun lebih, ibunya mengatakan kepadanya, "Kamu tahu siapa itu pak Husain, yang datang pada malam-malam dahulu, itu Tan Malaka".

Bahkan pengaruh pertemanan KH Wahid Hasyim ayah Gus Dur dengan Tan Malaka tersebut sangat membekas dan mempengaruhi jalan hidup Gus Dur, sebagaimana ditegaskan:
Dari pengalaman di atas, menurut Gus Dur, memberikan bekas yang sangat dalam kepada dirinya. Hal itu menambah kuatnya keyakinannya bahwa sudah dari dulu pun nenek moyang kita (bangsa indonesia) sudah demikian saling menghargai.

Gus dur mengajukan alasan, bagaimana tidak saling menghargai.
"Bayangkan, Tan Malaka, anggota komintern yang dianggap tidak bertuhan itu datang berpeluk-pelukan dengan seorang kiai. Inilah Indonesia,"

ungkap Gus Dur dengan nada serius.
Melihat kisah di atas, kita teringat dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam:

مَا مِنْ مَوُلُودٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

"Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Demikianlah persinggungan dan pergaulan Gus Dur dengan kaum Komunis, yang akhirnya merubah prinsip dan jalan hidup Gus Dur.

Di kemudian hari Gus Dur dikenal sebagai pembela Komunis dan PKI di negeri ini.
Allahul Musta'an

INGIN SELAMAT? IKUTILAH BIMBINGAN NABI DALAM MEMILIH TEMAN BERGAUL!

Maka benarlah sabda Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi wa sallam yang telah membimbing umat agar memilih teman yang baik dalam pergaulannya.
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallambersabda:

الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

"Seseorang bergantung pada agama teman dekatnya. Maka dari itu, perhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya.” (Lihat ash-Shahihah, no. 927)

Dalam hadits yang lain, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kembali mengingatkan:

إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَجَلِيسِ السُّوءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يَحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا مُنْتِنَةً

Sesungguhnya permisalan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jelek seperti pembawa misik dan pandai besi. Seorang pembawa misik, bisa jadi engkau akan peroleh darinya (diberi) misik, bisa juga engkau membelinya, bisa juga sekadar mendapat aroma wanginya. Adapun pandai besi, bisa jadi pakaianmu yang terbakar atau dirimu mendapatkan aroma tidak sedap.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Friday, July 15, 2016

Persiapan PKI dalam Perebutan Kekuasaan Tahun 1965

Konsolidasi PKI dalam Persiapan Perebutan Kekuasaan Tahun 1965

Persiapan PKI dalam Perebutan Kekuasaan Tahun 1965



1. Tanggal 2-4-1965
- Apel Dwikora
Pendukung PKI dan Komponen Lain.
Aidit menyatakan:
“Manipol harus dibela dengan senjata dan tidak bisa dibela dengan tangan kosong”.
Berlindung dibalik perjuangan Manipol (sesudah disusupi MIRI), Aidit mendorong aksi revolusioner massa rakyat. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:57)

2. Tanggal 5-4-1965
- Doktrin TNI AD
Peserta Seminar di Seskoad Bandung.
TNI AD menilai ancaman utama Indonesia datang dari utara (Cina-Komunis) melalui konflik bersenjata di Vietnam, Laos dan Kamboja. (lihat: Victor M. Fic., 2005:104)

3. Tanggal 23-5-1965
- HUT PKI ke-45
Massa PKI.
Komando Aidit kepada massa PKI untuk meningkatkan: “ofensif revolusioner sampai ke puncaknya”. Peringatan HUT Ke-45 dilaksanakan di Gelora Bung Karno Senayan dapat diartikan sebagai penegasan bahwa PKI tahun 1965 merupakan kelanjutan PKI yang didirikan tahun 1920 dan bagian tak terpisahkan dari Cominteren. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:57)

4. Bulan Juni 1965
- Penolakan Angkatan V.
AD menolak (TNI AU menyetujui) usulan PKI untuk membentuk angkatan V (mempersenjatai buruh dan tani). Presiden Soekarno mengecam penolakan, namun secara de jure tidak mengeluarkan kebijakan pembentukan angkatan V (gagasan tersebut tidak terealisasi). Gagal dengan gagasan itu, Aidit mengusulkan dibentuknya komisaris politik dalam tubuh ABRI. (lihat: A. Kasdi & G. Ambar Wulan, 2007: 23)

5. Tanggal 4-8-1965
- Presiden Sakit Parah
Presiden sakit parah. Dokter-dokter Cina (yang merawat Presiden) menyimpulkan Presiden akan meninggal dalam waktu cepat atau menderita kelumpuhan permanen. Aidit mengesampingkan analisis dr. Mahar Mardjono (UI) atas kemungkinan kesembuhan Presiden. (lihat: Victor M. Fic., 2005:74)

6. Tanggal 9-8-1965
- Rapat Politbiro I: (Kantor CC PKI Jalan Kramat Raya 81 Jakarta).
Hadir 7 anggota tetap Politbiro: Aidit, Lukman, Njoto, Sudisman, Sakirman, Amir Anwar Sanusi dan Njono. Adjitotop tidak hadir (berkunjung ke Cina).
Aidit menyampaikan analisis tim dokter Cina dan masa depan rencana PKI:
  1. Konfrontasi fisik antara TNI-AD dan PKI dapat dicegah ketika kepemimpinan Presiden masih kuat,
  2. Ketika kepemimpinan Presiden Soekarno tidak efektif, TNI-AD memiliki kemampuan memukul PKI,
  3. Sebelum situasi terjadi, PKI harus melakukan langkah mendahului (pembersihan para Jenderal) melalui para perwira yang sudah dibina, yang akan dilaksanakan melalui Biro Chusus (BC). (lihat: Victor M. Fic., 2005:114)

7. Tanggal 12-8-1965
- Instruksi Aidit Kepada Sjam: (rumah Aidit).
Aidit & Sjam
Aidit memberi instruksi Sjam sebagai Kepala Biro Chusus Central (BCC) untuk mempersiapkan gerakan militer memukul pimpinan TNI-AD (Dewan Jenderal). Aidit menekankan agar gerakan militer bersifat terbatas, seolah-olah persoalan interen TNIAD. Sjam juga diintruksikan untuk menyusun konsep Dewan Revolusi sebagai lembaga tertinggi Negara pasca gerakan militer berhasil dilakukan. (lihat: Victor M. Fic., 2005:119)

8. Tanggal 14-8-1965
- Rapat Intern BCC Ke-I (rumah Sjam, Jl. Pramuka, Jakarta).
Pengurus inti Biro Chusus Central (BCC): Sjam, Pono dan Bono (Walujo).

Membahas instruksi Aidit:

  1. Gerakan pembersihan Pimpinan TNI AD harus bersifat terbatas dan merupakan gerakan militer,
  2. Gerakan meliputi penguasaan instansi-instansi vital seperti Telkom, RRI an Kereta Api,
  3. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat tiga kandidat pimpinan gerakan militer: Letkol Inf. Untung (Dan Yon Pengawal Cakrabiwara/pengawal Presiden), Kol. Inf. A. Latif (Dan Brigif I Kodam V/Jaya), Mayor Udara Sujono (Dan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan Udara (P3U),
  4. Sasaran gerakan militer: para Pimpinan TNI-AD yang tergabung dalam Dewan
    Jenderal,
  5. Organisasi gerakan dibagi dalam tiga bagian: militer, politik dan observasi,
  6. Perlu memanggil Biro Chusus Daerah (BCD) untuk diberikan instruksi. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:192)
9. Tanggal 15/16-8- 1965
- Laporan Rapat BCC (1) (rumah Aidit).
Sjam & Aidit
Sjam melaporkan hasil pembahasan rencananya (aksi mendahului Dewan Jenderal) dengan Pono dan Bono (Walujo) termasuk kandidat pimpinan gerakan militer. Aidit memerintahkan untuk menamba jumlah calon pimpinan. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)

10. Tanggal 17-8-1965
- Pidato Kenegaraan
Presiden Soekarno membacakan Pidato kenegaraan tulisan Njoto dengan judul“Capailah Bintang-Bintang di Langit”. Salah satu isinya ancaman kepada para Jenderal “pethak” akan ditendang keluar jika mengacaukan Nasakom. (Julius Pour, 2010: 84-85)
- Pernyataan Aidit
Aidit mengapresiasi ofensif revolusioner yang sedang bangkit. Ia menekankan satu-satunya jalan mencapai tujuan adalah:“melancarkan ofensif revolusioner di segala bidang”. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:58)

11. Tanggal 19/20-8-1965
- Rapat Intern BCC Ke-II (rumah Sjam)
Pengurus inti Biro Chusus Central (BCC): Sjam, Pono dan Bono (Walujo).
Sjam menyampaikan perintah Aidit untuk menghubungi dan memastikan kesanggupan calon-calon penggerak militer. Pono ditetapkan menghubungi Kolonel Latief dan Mayor Udara Sujono, Bono (Walujo) mendatangi Letkol Untung. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)

12. Tanggal 21-8-1965
- Rapat Intern BCC ke-III (rumah Sjam)
“Membahas laporan pertemuan Pono mendatangi Kolonel Latief dan Mayor Udara Sujono, Bono (Walujo) mendatangi Letkol Untung. Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung dinyatakan positif terhadap rencana gerakan dan bersedia menjadi pimpinan militer. Terdapat penambahan dua personil pemimpinan penggerak: Mayor Agus Sigit dari Brigif I Kodam V/Jaya dan Kapten Art. Wahyudi. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)
- Laporan Rapat BCC (2) (rumah Aidit, jam 23.00)
Aidit & Pengurus Inti BCC (Sjam, Pono dan Bono/Walujo).
Sjam, Pono dan Bono (Walujo) melaporkan hasil pembahasan BC tentang kesediaan calon pimpinan gerakan militer (Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung) dan dua tambahan calon pimpinan: Mayor Agus Sigit dari Brigif I Kodam V/Jaya dan Kapten Art. Wahyudi. Melaporkan pembagian tugas: Sjam dan Pono mempersiapkan organisasi dan personalia gerakan, Bono (Walujo) mengurusi bidang informasi dan observasi. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:194)

13. Tanggal 22-8-1965
- Rapat Intern BCC Ke-IV (rumah Sjam)
Pengurus inti BCC: Sjam, Pono dan Bono /Walujo).
Sjam, Pono dan Bono (Walujo) membicarakan pemanggilan BC Daerah: Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Sumbar dan Sumut. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)

14. Tanggal 24-8-1965
- Rapat Intern BCC Ke-V (jam 09.00)
“Mendengarkan laporan Pono mengenai kesanggupan Mayor Agus Sigit dari Brigif I Kodam V/Jaya dan Kapten Art. Wahyudi, Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:193)

15. Tanggal 25-8-1965
- Netralisasi Divisi SIliwangi (rumah Mayjen Rukmana Bandung).
Sjam, Kepala Staf Siliwangi (Mayjen Rukmana), Pangkopur Mandau Brigjen (Soepardjo), Wali Kota Bandung (Kol. Sukardi) & Harjana (BCD Jabar).
Sjam mengungkapkan situasi politik dan garis partai tentang “gerakan militer untuk mendahului Dewan Jenderal”. Sjam menganggap Mayjen Rukmana memberi dukungan atas gagasannya. Supardjo jauh sebelumnya telah memberikan dukungan terhadap rencana Sjam melalui Letnan Kolonel Latief. Hasil ini melegakan Aidit, karena berdasarkan informasi Sjam, satuan-satuan militer dari Jawa Tengah dan Jawa Timur telah berhasil dibina dan sewaktu-waktu dapat digunakan mendukung rencana PKI. (lihat: Victor M. Fic., 2005:121-124)

16. Tanggal 26-8-1965
- Rapat Politbiro II: bertempat di Kantor CC PKI Jalan Kramat Raya 81, Jakarta.
Anggota Politbiro yang diperluas: (Aidit, Lukman, Njoto, Sudisman, Sakirman, A. A. Sanusi, Njono, Rewang, Suwandi, Peris Pardede).
Peserta rapat mempercayai adanya Dewan Jendral yang akan melakukan kudeta tanggal 5 Oktober 1965. Anehnya validitas informasi diperoleh dari Kepala Staf BPI (Sutarto), yang bersumber dari Soedjarwo H, anggota PKI yang bertugas di DPR-GR.
Membicarakan “gerakan militer untuk mendahului” dengan memukul Dewan Jenderal dan akan dilanjutkan dengan pembentukan Dewan Revolusi. Menerima analisis perimbangan kekuatan militer yang dibuat Aidit. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:72)

17. Tanggal 27-8-1965
- Laporan Rapat BCC (3) (rumah Aidit, jam 22.00)
Aidit & Pengurus Inti BCC (Sjam, Pono dan Bono /Walujo).
Aidit memanggil Sjam, Pono dan Bono (Walujo) untuk didengar laporannya seputar kesanggupan Mayor Agus Sigit (Brigif I Kodam V/Jaya), Kapten Art. Wahyudi, Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung sebagai pimpinan gerakan militer. Aidit mengingatkan kembali instruksi kepada Sjam tentang pembentukan suatu Dewan dan sasaran gerakan. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:194)

18. Tanggal 28-8-1965
- Rapat Politbiro III: bertempat di Kantor CC PKI Jalan Kramat Raya 81, Jakarta.
Anggota Politbiro yang diperluas.
Rapat membenarkan/menyetujui “gerakan militer untuk mendahului” Dewan Jendral dan pembentukan Dewan Revolusi, menyerahkan soal militer kepada Aidit, menyerahkan soal-soal politik umum dan pembagian kader daerah kepada Dewan Harian Politbiro CC PKI (Aidit, Lukman dan Njoto), menugaskan Njono, ketua BCD Jakarta Raya untuk menyiapkan 2000 tenaga cadangan tempur. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:72)

19. Tanggal 2-9-1965
- Rapat Pendahuluan (rumah Latief, pkl. 20.00).
Sjam, Letkol Untung, Kol. Latief, Mayor Udara Sujono dan Pono.
Pertemuan pendahuluan antara Sjam dengan calon pimpinan gerakan militer (Kolonel Latief, Mayor Udara Sujono dan Letkol Untung). Konsep Dewan Revolusi yang telah disusun, diajukan dalam rapat. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:194)

20. Tanggal 4-9-1965
- Instruksi BCC – BCD Jakarta (rumah Sjam pukul 10.00).
Sjam dan Biro Khusus Daerah Jakarta.
Penyampaian hasil keputusan Politbiro CC PKI tentang gerakan melumpuhkan Dewan Jenderal, identifikasi pemetaan dukungan dari BCD (Biro Chusus Daerah) Jakarta yang ternyata masih lemah khususnya dalam hal penetrasi satuan-satuan militer, intruksi Sjam kepada BCD Jakarta dalam turut serta melumpuhkan Dewan Jenderal & pembentukan Dewan Revolusi (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)

21. Tanggal 6-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan I: (rumah Kapt.Art. Wahyudi, Jln. Sindanglaya No. 5 Jakarta, pukul 20.00).
Sjam, Pono, Letkol Inf. Untung, Kol. Inf. A. Latief, Mayor Udara Sujono, Mayor Inf. Agus Sigit dan Kapt. Art. Wahyudi.
Perkenalan peserta rapat komando pembersihan, penjelasan seputar isu Dewan Jenderal yang akan melakukan Coup pada tanggal 5 Oktober 1965 dan sakitnya Presiden (analisis dokter Cina), pembahasan Instruksi Aidit untuk mendahului coup Dewan Jenderal melalui gerakan militer. Peserta rapat menyetujui informasi Sjam dan tidak menanyakan bukti-bukti kebenaran Dewan Jenderal. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

22. Tanggal 8-9-1965
- Instruksi BCC – BCD Jabar.
Sjam dan Biro Khusus Daerah Jawa Barat.
Petunjuk-petunjuk umum situasi politik terbaru, pemetaan dukungan dari BCD Jabar yang ternyata masih lemah khususnya dalam hal penetrasi satuan-satuan militer, petunjuk bagi BCD Jabar dalam perebutan kekuasaan di wilayah Jabar dan Intruksi Sjam agar BCD mengikuti siaran RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)

23. Tanggal 9-9-1965
- Pidato Aidit.
Sukarelawan Departemen Penerangan RI.
Pernyataan Aidit:
“…kita berjuang untuk sesuatu yang pasti akan lahir. Kita kaum revolusioner adalah bagaikan bidan daripada bayi masyarakat baru itu. Sang bayi lahir dan kita kaum revolusioner menjaga supaya lahirnya baik, dan sang bayi cepat jadi besar.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:58)
- Rapat Komando Pembersihan II: (rumah Kapt.Art. Wahyudi).
Sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan I.
Eksplorasi pandangan peserta rapat, pembahasan organisasi gerakan, identifikasi dan pengaturan kesatuan yang ada di Jakarta, kekuatan yang dapat digunakan dan identifikasi calon pimpinan gerakan. Latif dan Sudjono menyarankan agar operasi dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan yang bersahabat di Jakarta: 4 Kompi Brimob, 2 Kompi Brigade Infantri dan 3 Kompi Tjakrabirawa (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146).

24. Tanggal 13-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan III: (rumah Kol. Inf. A. Latief, Jln Cawang I, Jatinegara)
“ Mengidentifikasi kesatuan yang ada di Jakarta (rapat memandang positif komitmen pasukan Tjakrabirawa sebagai kandidat pelaksana gerakan pembersihan para Jenderal), menerima kekuatan tambahan P3AU dari Mayor Sudjono, AKRI dan ALRI harus dinetralisasi, sasaran gerakan meliputi Jenderal-Jendral AD dan obyek-obyek vital (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146).

25. Tanggal 13-9-1965
- Instruksi BCC – BCD Jatim.
Sjam dan Biro Khusus Daerah Jawa Timur.
Hasil pemetaan dukungan BCD Jatim dengan adanya dukungan satuan-satuan militer yang telah dibina dan akan menghadiri peringatan hari ABRI, 5-10-1965 di Jakarta, petunjuk Sjam bagi BCD Jatim dalam perebutan kekuasaan di wilayah Jatim, instruksi Sjam agar BCD mengikuti siaran RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)

26. Tanggal 14-9-1965
- Pernyataan Aidit
Anggota Sidang Dewan Nasional SOBSI.
Pernyataan Aidit di depan Anggota Sidang Dewan Nasional SOBSI dan diulas dalam Editorial Harian Rakjat (Koran PKI):
“…yang paling penting sekarang ini, bagaimana kita memotong penyakit kanker dalam masyarakat kita, yaitu setan kota. Kalau revolusi mau tumbuh dengan subur, kita harus menyingkirkan kaum dinasti ekonomi atau kabir dan setan kota dari segenap aparatur politik dan ekonomi Negara.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:58)
- Informasi Penculikan
Jendral S. Parman & Jenderal A.Yani
Siang hari, Jenderal S. Parman (Asisten Intelijen AD), melapor kepada Jendral A. Yani, temuan yang masih harus dicermati seputar rencana penculikan terhadap pimpinan Angkatan Darat tanggal 18 September. Jendral Yani memerintahkan untuk meningkatkan penjagaan dan menumpas pergerakan penculik. (Julius Pour, 2010: 86)

27. Tanggal 15-9-1965
- Instruksi BCC – BCD (Keempat).
Sjam dan Biro Khusus Daerah Jawa Tengah.
Petunjuk tugas bagi BCD Jawa Tengah dalam perebutan kekuasaan di Jateng, Salim (Ketua BCD Jawa Tengah) mengkonfirmasi satuan-satuan militer binaan yang akan mengikuti HUT ABRI, Instruksi Sjam agar BCD mengikuti siaran RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)
- Rapat Komando Pembersihan IV: (rumah Kol. Inf Latief).
Sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan III minus Mayor Inf. Agus Sigit.
Mayor Inf. Agus Sigit tidak hadir, karena dalam rapat sebelumnya tidak meyakini adanya Dewan Djenderal. Atas ketidakhadiran itu, kontribusi dan komitmen pasukan Sigit dianggap negatif oleh Sjam. Pembahasan kesatuan-kesatuan yang dapat diajak dalam gerakan militer (Batalyon Tjakrabirawa pimpinan Letkol inf. Untung), Batalyon pimpinan Mayor A. Sigit (Brigif I Kodam VI Jaya), pasukan P3AU pimpinan Mayor Udara Sudjono, Artileri dari Kapten Wahyudi (belum ada kepastian), Kavaleri (belum ada kepastian). Sjam menginformasikan tambahan pasukan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang hadir di Jakarta dalam rangka HUT ABRI. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

28. Tanggal 16-9-1965
- Misi Rahasia Omar Dhani ke RRC
Omar Dhani, Srimulyono Herlambang, Agustinus Andoko & 5 teknisi AURI.
Omar Dhani melakukan penerbanagan rahasia (hanya diketahui Bung Karno, Subandrio dan Aidit) menuju ke Peking didampingi Srimulyono Herlambang, Komodor Agustinus Andoko, dan lima teknisi AURI untuk melakukan pembahasan teknis pengiriman bantuan senjata RRC. (Julius Pour, 2010: 86)

29. Tanggal 17-9-1965
- Instruksi BCC – BCD (Kelima).
Sjam dan Biro Khusus Sumatera Barat.
Membahas situasi dan instruksi Politbiro dan rencana gerakan pembersihan Dewan Jenderal, membahas masalah organisasi, membahas kesanggupan BCD Sumbar melaksanakan instruksi BCC, instruksi dari Sjam untuk mengikuti RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)
- Pemanggilan Tahap I Sukwan-Sukwati
500 orang Sukwan-Sukwati
Pemanggilan Tahap I Sukwan-Sukwati yang pernah dilatih kemiliteran di Lubang Buaya. Sebanyak 500 Sukwan-Sukwati memenuhi panggilan. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:191)
- Rapat Komando Pembersihan V: (rumah Kol. Inf Latief).

Sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan IV.
Kesimpulan rapat mengenai pasukan yang bisa dipastikan mengikuti pembersihan Dewan Jenderal: Satu Batalyon Brigif I Kodam V/Jaya Pimpinan Kol. Inf. A. Latif, Satu Batalyon P3AU Pimpinan Mayor Udara Sujono, Satu Kompi Artileri Pimpinan Kapt. Art. Wahjudi, Satu Kompi Tjakrabirawa Pimpinan Letkol Untung, Sjam memastikan keterlibatan satu Batalyon Brawijaya Jatim dan satu Batalyon Diponegoro Jateng. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

30. Tanggal 18-8-1965
- Antisipasi Penculikan Jenderal TNI AD.
TNI AD
Rumah Dinas Pimpinan AD dijaga ketat sepanjang malam (sebagaimana instruksi Jendral A. Yani kepada Jenderal S. Parman) tentang rencana penculikan para Jendral TNI AD. (Julius Pour, 2010: 86).

31. Tanggal 19-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan VI: (rumah Sjam Jln Salemba Tengah, Jakarta).
Orang-orang yang sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan V.
Membahas organisasi gerakan: bidang politik (Sjam dan Pono), bidang militer (Letkol Inf. Untung dan Kol Inf. A. Latief), bidang observasi (bono). Bidang militer meliputi bagian penggempur, bagian teritorial dan bagian logistik/cadangan, Pasukan penggempur dinamakan Pasopati dibawah Lettu Dul Arief (Tjakrabirawa), Pasukan teritorial diberi nama Bima Sakti dibawah pimpinan Kapten Suradi (Brigif I) dan Pasukan Cadangan diberi nama Gatotkaca dibawah pimpinan Mayor Udara Gathot Sukrisno. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)
32. Tanggal 20-9-1965

- Instruksi BCC – BCD (Keenam).
Sjam dan Biro Khusus Sumatera Utara.
Kesanggupan Biro Khusus Daerah Sumut melaksanakan instruksi Sjam, Hasil pemetaan, dukungan BCC Sumatera Utara belum cukup kuat, Instruksi Sjam untuk mengikuti RRI Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:78-81)

33. Tanggal 22-9-1965
- Pernyataan Aidit
Karyawan BNI
Pernyataan Aidit di depan Karyawan BNI:
“Kabinet sekarang belum Nasakom, hanya mambu nasakom. Oleh karena itu Kabinet berporos Nasakom harus segera dibentuk.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:59)
- Rapat Komando Pembersihan VII: (rumah Sjam, pukul 22.00)
Orang-orang yang sama dengan peserta Rapat Komando Pembersihan VI minus Kapt. Art. Wahjudi.
Sasaran operasi: Pasopati (Perwira Tinggi Pimpinan TNI-AD), Bima Sakti (RRI, Kantor Besar Telkom dan Penguasaan Teritorial), Gatotkaca (koordinasi di Lubang Buaya dan menghimpun tenaga cadangan, Jakarta dibagi enam sektor militer (utara, tengah, selatan, timur, barat dan Tanjung Priok. Letkol Inf. Untung ditetapkan untuk menghubungi pasukan Jawa Tengah dan Jawa Timur sesampainya mereka di Jakarta. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

34. Tanggal 24-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan VIII: (rumah Sjam, Jakarta, pukul 20.00).
Peserta Rapat Komando Komando VII.
Kesanggupan personil, penentuan tepat komando pimpinan gerakan dan penentuan daerah pengunduran: kompleks Halim dan Pondok Gede, penentuan tempat komando Cenko), Njono diperintah membentuk sektor-sektor: Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Senayan. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)
- Pernyataan Aidit
Anggota Sarbupri
Pernyataan Aidit di depan anggota Sarbubri (Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia):
“…jangan hanya berjuang untuk satu ikan asin, tetapi berjuang juga naar de politieke macht. Jangan menjadi landasan, jadilah palu godam. Perjuangan Kabinet Nasakom dengan menteri-menteri yang kenal, dicintai dan didukung rakyat. Jangan seperti sekarang, mereka hanya hidup dari distribusi kewibawaan Bung Karno. Bila ini berhasil, kaum proletar tidak akan kehilangan sesuatu apapun kecuali belenggu mereka…”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:59)

35. Tanggal 25-9-1965
- Pengiriman Pengurus CC Ke Daerah
Lukman, Ir. Sakirman, Rusain Widjayasastra, Munir dan Asmu, Suwardiningsih, Peris Pardede & Njoto.
BCC memerintahkan anggota-anggota CC ke daerah untuk mengarahkan operasi-operasi perebutan kekuasaan lokal. Lukman ditugaskan mengarahkan operasi perebutan kekuasaan di Semarang; Ir. Sakirman ke Yogyakarta dan Jawa Tengah; Rusain Widjayasastra, Munir dan Asmu ke Surabaya, Suwardiningsih ke Palembang Sumatera Selatan, dan Peris Pardede & Njoto Ke Medan Sumatera Utara.
Pemberangkatan + 600 pejabat Indonesia untuk menghadiri peringatan Hari Kemerdekaan RRC tanggal 1 Oktober (tanggal pemberangkatanya perlu diverivikasi lagi).

36. Tanggal 26-9-1965
- Rapat Komando Pembersihan IX: (rumah Sjam, Jakarta, 21.00).
Peserta Rapat Komando Komando VIII.
Membahas laporan Mayor Udara Sudjono tentang persiapan di Gedung Penas yang disebut Central Komando (Cenko) I dan rumah Sersan AURI Anis Sujatno (kompleks Perumahan Bintara) sebagai Cenko II dan persiapan daerah pemunduran di Pondok Gede dan Halim. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)
- Pernyataan M. Munir
Masa Sarbupri
Pernyataan M. Munir, Ketua Umum SOBSI di depan massa Sarbupri:
“…jadikanlah perkebunan-perkebunan untuk markas pertahanan.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:59).
37. Tanggal 27-9-1965
- Pernyataan Aidit
IPPI
Doktrin Aidit kepada Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI):
“Hati kita lebih dari lapar, kita tidak akan serahkan nasib kita kepada setan kota, kita akan ganyang dan kalahkan setan kota.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:60)
- Info Dewan Jendral di Tjakrabirawa.
Kapt. Inf. Soewarno, Komandan Kompi I, Batalyon I Tjakrabirawa melakukan breafing anak buahnya bahwa:
“Dewan Jenderal akan segera mencoba merebut kekuasaan, Tjakrabirawa harus turun tangan untuk melakukan pencegahan.”
38. Tanggal 28-9-1965
- Pemanggilan Sukwan-Sukwati
800 orang Sukwan-Sukwati
Pemanggilan tahap II, Sukwan-Sukwati yang pernah dilatih kemiliteran di Lubang Buaya. Sebanyak 800 Sukwan-Sukwati memenuhi panggilan, Kode/sandi untuk pasukan dibagikan. Sandi dibuat oleh anggota Gerwani. (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:191)
- Instruksi CC PKI
CDB (Pengurus Daerah)
Instruksi PKI pasca 1 Oktober:
CC PKI mengirim surat instruksi kepada semua CDB:

  • (a) apabila sesudah 1-10-1965 mengalami kegagalan, semua senjata api yang sudah diterima harus disingkirkan/dibuang,
  • (b) pura-pura membubarkan diri,
  • (c) memberi petunjuk kepada kawan-kawan yang berasai dari luar daerah,
  • (d) mengurangi kecurigaan aparat,
  • (e) setelah dipahami, surat instruksi agar dibakar.

- Ceramah A. Yani (pagi)
Jendral A. Yani memberikan ceramah kepada pengurus persit (Persatuan Istri Tentara) mengenai situasi politik dalam negeri. (Julius Pour, 2010: 87)

Berdasar pernyataannya ketika berkunjung ke letkol Hereoe (29-9-1965), Komodor Udara Surjono, Irjen Markas Besar Angkatan Udara (MBAU) melihat spanduk warna merah di Jalan Thamrin bertuliskan “Tunggu Apa Lagi?” (Julius Pour, 2010: 108)

- Info Penculikan (siang)
Jenderal Sudono (mantan atase militer Indonesia di Peking), memberikan informasi kepada Jenderal Harjono, Deputi III Panglima AD, tentang adanya rencana penculikan para Jendral (termasuk MT Haryono) dalam dua hari. Jendral MT. Haryono menanggapinya dengan tertawa, tidak melapor dan tidak mendiskusikan dengan staf atau memperkuat penjagaan rumahnya. (Julius Pour, 2010: 86)
Kolonel Kav. Herman Sarens Soediro dan Kol.Inf. Muskita melapor kepada Pangdam V/Djaya Mayjen Umar Wirahadikusumah seputar berita akan adanya “penjemputan paksa” (penculikan) sejumlah Jendral TNI AD. Pangdam Djaya tampaknya kurang tanggap dan justru menghardik, “tahu apa kalian”. Kedua perwira itu kemudian melaporkan kepada Jenderal Soeharto dan ditanggapi dengan tenang/ tanpa reaksi berlebihan. (Julius Pour, 2010: 137)

- Soebandrio & Njoto Turba
Soebandrio & Njoto
Soebandrio dan Njoto Turba ke Medan dalam rangka mempersiapkan “masa depan” Presiden Soekarno pasca kudeta. (Victor M. Fic., 2005:149).

- Misi Latif Membujuk Letjen Soeharto
Misi Latif membujuk Letjen Soeharto ke-I:
Latief dan keluarganya sowan ke Letjen Soeharto di Jln. H. Agus Salim. Ia memberitahu Letjend Soeharto kalau dirinya sudah menjadi Dan Brigif Jaya Sakti Kodam V Jaya dan sedang mempersiapkan anak buahnya keahlian karate. Ia menanyakan apakah Pak Harto mau latihan karate yang dijawab: “Saya lebih baik mendalami pencak silat saja."
Kemudian Latief menanyakan tentang adanya: “Dewan Jenderal” yang akan kudeta Presiden Soekarno dan dijawab bahwa Dewan Jenderal tidak ada, yang ada Wanjakti (Dewan Jabatan Kepangkatan Tertinggi). Pak Harto menceritakan anaknya (Tommy) sedang dirawat dirumah sakit karena ketumpahan sup. (Bakri A.G Tianlean, 2010:159)
Mengenai isu Dewan Jenderal, Letjen Soeharto menyarankan untuk menyelidiki isu itu terlebih dahulu. Karena banyak tamu, Latief tidak bisa melanjutkan misinya membujuk Letjen Soeharto. (Victor M. Fic., 2005:159)

39. Tanggal 29-9-1965
- Pernyataan Aidit
Peserta Konggres CGMI
Doktrin Aidit kepada peserta Konggres III CGMI:
“Mahasiswa komunis harus berani berfikir dan berani berbuat. Berbuat, berbuat, berbuat. Bertindak dan berbuat dengan berani, berani. Sekali lagi, berani.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:59)
Menurut Kapt Inf Soekarbi (Wadanyon 530/Para Brawijaya) pada tanggal ini Yon 454/Diponegoro, Yon 530/ Para Siliwangi dan Yon 540/Para Brawidjaya dikumpulkan di markas Kostrad (depan Stasiun Gambir) dan dilakukan inspeksi oleh Brigjen Kemal Idris didampingi Asisten I Kolonel Yoga Soegomo, Asisten II Kolonel Wahono dan Asisten III Kolonel Sruhardojo. (Julius Pour, 2010: 106)
- Pernyataan A. Anwar Sanusi
Sukarelawan BNI
Pernyataan Wakl Sekjen PB Fron Nasional/ Anggota Politbiro CC PKI, Amir Anwar Sanusi dihadapan para sukarelawan BNI:
“Kita sedang dalam situasi dimana Ibu Pertiwi dalam keadaan ‘hamil tua’. Sang bidan siap dengan alat yang diperlukan untuk menyelamatkan sang bayi yang sudah lama dinanti-nantikan. Sang bayi adalah kekuasan politik yang sudah ditentukan dalam Manipol. Sang bidan adalah massa rakyat Manipolis. Sukwan adalah satu alat penting ditangan sang bidan. Ada segelintir setan yang mengancam keselamatan Ibu Pertiwi dan bayi yang akan dilahirkan.”
(lihat: Sekretariat Negara, 1994:60)
Letkol Udara Heroe Atmodjo menerima kunjungan Komodor Udara Suwnondo (komandan PAU Iswahyudi Madiun merangkap Komandan Wing 003 Pembom) dan Komodor Udara Surjono, Irjen Markas Besar Angkatan Udara (MBAU). Suwondo menyebutkan beberapa hari sebelumnya suasana madiun disemarakkan yel-yel:
“Ganyang Kabir, Ganyang Nekolim”,
suasananya mirip Kudeta PKI madiun akan meletus. Komodor Udara Surjono menambahkan melihat spanduk warna merah di Jalan Thamrin:
“Tunggu Apa Lagi?”.
Heroe memberi briefing kepada keduanya seputar konfrontasi dengan Malaysia dan rumor Dewan Jendral yang harus ditelusuri lebih lanjut. Heroe kemudian menghadap Komodor Udara Dewanto (Deputi Operasi merangkap Direktur Intelejen Departemen AU). Setelah itu Komodor Udara Dewanto meninggalkan kantor bersama Omar Dhani. (Julius Pour, 2010:109)

- Omar Dhani Lapor Presiden
Omar Dhani melapor kepada Presiden, adanya rasa tidak puas sejumlah perwira muda anak buah Jenderal Soepardjo terhadap pimpinan AD. Presiden meminta Dhani dan Supardjo menghadap pada minggu 3 Oktober di Istana Bogor. (Julius Pour, 2010: 87)

- Rapat Komando Pembersihan X: (rumah Sjam Jln Salemba Tengah, Jakarta) (pukul 21.00).
Peserta Rapat Komando Pembersihan VIII ditambah Brigjen Soepardjo.
Sjam memperkenalkan Brigjen Supardjo, yang akan memimpin delegasi keempat angkatan menghadap dan memberitahu Presiden bahwa dirinya dalam keadaan bahaya untuk kemudian “mengamankan Presiden ke Halim”, Pemeriksaan organisasi gerakan militer dan tenaga cadangan/bantuan pasukan Yon 530 dan Yon 454, Penentuan sasaran dan pengamanan Perwira Tinggi TNI-AD setelah nantinya diambil tindakan (diculik).

Sjam memberi penjelasan (dan disetujui peserta rapat) nama-nama Jendral TNI AD yang akan dibersihkan/ diculik: Jendral AH Nasution (Menko Hankam/KASAB), Letjen A. Yani (Menteri/ Panglima AD), Mayjen S. Parman (Kepala Intelijen AD), Mayjen Seprapto, Mayjen MT Haryono, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutojo Siswomihardjo dan Brigjen A. Sukendro, Perubahan Hari-H dan Jam-J dari tanggal 30 Sept 1965 pukul 4.00 menjadi Tanggal 1 Oktober dini hari.
Semua komandan harus berada di Cenko Penas tanggal 30 September 1965 pukul 23.00, Sjam mengungkapkan bahwa gerakan militer ini akan melahirkan“Dewan Revolusi” dengan ketuanya Letkol Untung, menyepakati rapat selanjutnya tanggal 30-9-1965, pukul 10.00. (lihat: Sekretariat Negara, 1994:73-78, juga Victor M. Fic., 2005:121-146)

- Laporan BCC (4) (rumah Aidit, malam hari)
Aidit, Sjam, Kolonel Latief, Letkol Untung, Mayor Udara Sudjono.
Sjam, Kolonel Latief, Letkol Untung, Mayor Udara Sudjono menemui Aidit untuk melaporkan hasil Rapat Komando Pembersihan (organisasi gerakan, nama, gerakan, hari H jam D, susunan Dewan Revolusi dan Dewan Militer. Aidit merubah nama gerakan dari “Operasi Takari”menjadi “Gerakan 30 September.” (lihat: Saleh As’ad Djahari, et all, 2009:205)

Sumber: Sekretariat Negara (1994: 68-81), Saleh As’ad Djamhari, et all (192-104) dan diolah dari berbagai sumber.

Thursday, July 14, 2016

Jiwa Besar

Dalam sebuah hadits, baginda Nabishallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Setiap anak Adam pasti bersalah. Namun sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang segera bertaubat.” (HR. Ibnu Majah)

Demikianlah kabar dari lisan yang mulia tentang keadaan kita sebagai manusia biasa. Setiap dari kita tidak mungkin terluput dari yang namanya dosa dan kesalahan saat mengarungi bahtera kehidupan ini. ini merupakan salah satu sunnatullah yang wajib untuk kita yakini.
Yah, jatuh bangun dalam kehidupan.

Sehingga dari sini kita tahu bahwa sisi pandang dan nilai seseorang bukanlah yang tidak pernah bersalah. Namun yang jadi tolak ukur dan patokan adalah yang segera terbangun ketika terjatuh, yang berbuat kekeliruan untuk segera kembali, yang berbuat dosa untuk segera bertaubat. Tertanam pula dalam benaknya rasa penyesalan yang dalam serta azam (niat yang kuat) untuk tidak kembali terjatuh, untuk tidak kembali keliru dan untuk tidak kembali berbuat dosa.
Allah ta'ala mengingatkan dalam sebuah ayat-Nya;

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah dan segera memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka- dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Serta tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imran: 135)

Maka yang jadi pembeda, disamping taubat, adalah berhenti atau tidak dalam melakukan kesalahan.
Tidak semua orang mampu atau diberi taufik oleh Allah ta'ala untuk mau merunduk menyadari lalu menginjak pedal rem kekhilafan. Dibutuhkan jiwa yang besar untuk mau sadar diri, mau kembali dan berhenti saat terjatuh dalam lubang pelanggaran.

Coba perhatikan baik-baik sebuah kisah berharga yang dibawakan oleh al-Imam Ibnul ‘Arabi rahimahullahu dalam kitab Ahkamul Qur’an saat menjelaskan ayat ke 226 dari surat al-Baqarah;

أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ قَاسِمٍ الْعُثْمَانِيُّ غَيْرَ مَرَّةٍ: وَصَلْت الْفُسْطَاطَ مَرَّةً، فَجِئْت مَجْلِسَ الشَّيْخِ أَبِي الْفَضْلِ الْجَوْهَرِيِّ، وَحَضَرْت كَلَامَهُ عَلَى النَّاسِ، فَكَانَ مِمَّا قَالَ فِي أَوَّلِ مَجْلِسٍ جَلَسْت إلَيْهِ: إنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - طَلَّقَ وَظَاهَرَ وَآلَى، فَلَمَّا خَرَجَ تَبِعْته حَتَّى بَلَغْت مَعَهُ إلَى مَنْزِلِهِ فِي جَمَاعَةٍ، فَجَلَسَ مَعَنَا فِي الدِّهْلِيزِ، وَعَرَّفَهُمْ أَمْرِي، فَإِنَّهُ رَأَى إشَارَةَ الْغُرْبَةِ وَلَمْ يَعْرِفْ الشَّخْصَ قَبْلَ ذَلِكَ فِي الْوَارِدِينَ عَلَيْهِ، فَلَمَّا انْفَضَّ عَنْهُ أَكْثَرُهُمْ قَالَ لِي: أَرَاك غَرِيبًا، هَلْ لَك مِنْ كَلَامٍ؟ قُلْت: نَعَمْ. قَالَ لِجُلَسَائِهِ: أَفْرِجُوا لَهُ عَنْ كَلَامِهِ. فَقَامُوا وَبَقِيت وَحْدِي مَعَهُ. فَقُلْت لَهُ: حَضَرْت الْمَجْلِسَ الْيَوْمَ مُتَبَرِّكًا بِك، وَسَمِعْتُك تَقُولُ: آلَى رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَصَدَقْت، وَطَلَّقَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَصَدَقْت.

وَقُلْت: وَظَاهَرَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَهَذَا لَمْ يَكُنْ، وَلَا يَصِحُّ أَنْ يَكُونَ؛ لِأَنَّ الظِّهَارَ مُنْكَرٌ مِنْ الْقَوْلِ وَزُورٌ؛ وَذَلِكَ لَا يَجُوزُ أَنْ يَقَعَ مِنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -. فَضَمَّنِي إلَى نَفْسِهِ وَقَبَّلَ رَأْسِي، وَقَالَ لِي: أَنَا تَائِبٌ مِنْ ذَلِكَ، جَزَاك اللَّهُ عَنِّي مِنْ مُعَلِّمٍ خَيْرًا. ثُمَّ انْقَلَبْت عَنْهُ، وَبَكَّرْت إلَى مَجْلِسِهِ فِي الْيَوْمِ الثَّانِي، فَأَلْفَيْته قَدْ سَبَقَنِي إلَى الْجَامِعِ، وَجَلَسَ عَلَى الْمِنْبَرِ، فَلَمَّا دَخَلْت مِنْ بَابِ الْجَامِعِ وَرَآنِي نَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ: مَرْحَبًا بِمُعَلِّمِي؛ أَفْسِحُوا لِمُعَلِّمِي، فَتَطَاوَلَتْ الْأَعْنَاقُ إلَيَّ، وَحَدَّقَتْ الْأَبْصَارُ نَحْوِي، وَتَعْرِفنِي: يَا أَبَا بَكْرٍ يُشِيرُ إلَى عَظِيمِ حَيَائِهِ، فَإِنَّهُ كَانَ إذَا سَلَّمَ عَلَيْهِ أَحَدٌ أَوْ فَاجَأَهُ خَجِلَ لِعَظِيمِ حَيَائِهِ، وَاحْمَرَّ حَتَّى كَأَنَّ وَجْهَهُ طُلِيَ بِجُلَّنَارٍ قَالَ: وَتَبَادَرَ النَّاسُ إلَيَّ يَرْفَعُونَنِي عَلَى الْأَيْدِي وَيَتَدَافَعُونِي حَتَّى بَلَغْت الْمِنْبَرَ، وَأَنَا لِعَظْمِ الْحَيَاءِ لَا أَعْرِفُ فِي أَيْ بُقْعَةٍ أَنَا مِنْ الْأَرْضِ، وَالْجَامِعُ غَاصٌّ بِأَهْلِهِ، وَأَسَالَ الْحَيَاءُ بَدَنِي عَرَقًا، وَأَقْبَلَ الشَّيْخُ عَلَى الْخَلْقِ، فَقَالَ لَهُمْ: أَنَا مُعَلِّمُكُمْ، وَهَذَا مُعَلِّمِي؛ لَمَّا كَانَ بِالْأَمْسِ قُلْت لَكُمْ: آلَى رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَطَلَّقَ، وَظَاهَرَ؛ فَمَا كَانَ أَحَدٌ مِنْكُمْ فَقُهَ عَنِّي وَلَا رَدَّ عَلَيَّ، فَاتَّبَعَنِي إلَى مَنْزِلِي، وَقَالَ لِي كَذَا وَكَذَا؛ وَأَعَادَ مَا جَرَى بَيْنِي وَبَيْنَهُ، وَأَنَا تَائِبٌ عَنْ قَوْلِي بِالْأَمْسِ، وَرَاجِعٌ عَنْهُ إلَى الْحَقِّ؛ فَمَنْ سَمِعَهُ مِمَّنْ حَضَرَ فَلَا يُعَوِّلْ عَلَيْهِ. وَمَنْ غَابَ فَلْيُبَلِّغْهُ مَنْ حَضَرَ؛ فَجَزَاهُ اللَّهُ خَيْرًا؛ وَجَعَلَ يَحْفُلُ فِي الدُّعَاءِ، وَالْخَلْقُ يُؤَمِّنُونَ

Ringkas cerita, suatu hari Muhammad bin Qasim al-Utsmani menghadiri kajian ilmu yang disampaikan oleh Abul Fadhl al-Jauhari. Saat itu, Abul Fadhl menyampaikan bahwa Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam pernah menjatuhkan talak, mengucapkan zihar dan melakukan ila.

Setelah kajian selesai, Muhammad bersama beberapa orang yang lain mengikuti Abul Fadhl untuk berkunjung ke rumahnya. Terjadilah perbincangan dalam rumah tersebut. Suatu ketika Abul Fadhl melihat orang asing yang tidak lain adalah Muhammad bin Qasim.
Dia bertanya,
“Aku belum pernah melihatmu, adakah yang ingin kau sampaikan?”

Muhammad menjawab,
“Iya. Hari ini aku menghadiri majlismu dan mendengar penyampaianmu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menjatuhkan talak, mengucapkan zihar dan melakukan ila. Tentang masalah talak, engkau benar. Tentang masalah ila, engkau benar. Adapun tentang masalah zihar maka ini tidak benar. Karena ucapan zihar adalah ucapan yang mungkar dan keji dan yang demikian ini tidak mungkin terjadi pada diri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.”

Setelah mendengar ucapan tersebut, saat itu pula Abul Fadhl memeluk dan mencium kepala Muhammad seraya berkata,
“Mulai saat ini aku bertaubat dari pendapat tersebut. Semoga Allahta'ala membalas engkau dengan kebaikan.”

Lalu keesokan hari, Muhammad sengaja datang lebih awal ke majlis Abul Fadhl. Tidak disangka, Abul Fadhl telah lebih dahulu berada di tempat kajian. Tatkala dia melihat Muhammad segera dia memanggilnya dengan suara keras,
“Selamat datang wahai guruku. Beri tempat untuk guruku!”

Maka ketika itu pula para hadirin mengarahkan pandangan ke Muhammad dan memuliakannya, sementara Muhammad tersipu malu. Kemudian Abu Fadhl berkata;
“Aku adalah guru kalian dan ini adalah guruku. Kemarin aku mengatakan bahwa Nabishallallahu 'alaihi wa sallam pernah melakukan ‘ila, talak dan zhihar. Tidak ada seorangpun dari kalian yang mengingatkan dan menegurku.”

Dia melanjutkan;
“Orang ini (yakni Muhammad) telah menegurku. Maka aku bertaubat dari ucapanku kemarin dan rujuk kepada kebenaran. Bagi yang hadir kemarin maka jangan mengambil pendapat tersebut. Bagi yang tidak hadir hari ini maka yang hadir hendaknya menyampaikannya. Semoga Alllah membalasnya dengan kebaikan.”

Lalu Abul Fadhl berdoa yang kemudian diaminkan oleh para hadirin.
Subhanallah, kisah menakjubkan!

Apakah yang demikian ini masih bisa kita temukan pada zaman kita sekarang ini?
Seorang pemimpin, pembesar atau seorang alim yang punya jiwa besar untuk mau menerima masukan, tersadar lalu mengakui kesalahan. Tahu diri sekaligus rendah diri tanpa memperdulikan status, jabatan atau kedudukan dirinya ditengah-tengah manusia. Mau membuka mata, bertaubat dan berhenti dari kekhilafan.

Karena kebenaran di atas segalanya!
Kembali kepada kebenaran adalah sikap mulia, bertahan di atas kesalahan serta kekeliruan refleksi adab tercela!
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita jiwa besar ini..

Amiin..

Tuesday, July 12, 2016

PKI Mengaku Sebagai Dalang Kudeta Berdarah G-30S dan Seruan Untuk Kembali Memberontak

Dalam Pesan Politbiro CC PKI, Yogyakarta, tertanggal 23 Mei 1966 di bawah judul:

"Junjung Tinggi Nama dan Kehormatan Komunis!"

Partai Komunis Indonesia (PKI) mengakui bahwa kudeta berdarah yang diawali dengan penculikan disertai pembantaian 6 Jenderal dan 1 Perwira TNI AD di Jakarta, juga penculikan dan pembunuhan 1 Jendral dan 1 Perwira TNI AD di Yogyakarta adalah benar dilakukan oleh PKI.

Setelah menyebutkan sekian rangkaian pemberontakan dan kudeta PKI yang terus kandas dan gagal, dokumen resmi CC PKI tersebut menyatakan:

"Kini sekali lagi PKI mengalami ujian. Kekalahan “Gerakan 30 September” telah dipergunakan oleh kekuatan-kekuatan kanan yang dibenggoli oleh klik jenderal Nasution-Suharto untuk melancarkan teror putih yang ketiga, sesudah PKI mengalami masa perjuangan yang relatif damai dalam waktu yang cukup panjang bagi suatu negeri yang belum merdeka penuh dan setengah feodal. Sekali lagi timbul pertanyaan apakah sekali ini PKI juga akan bangkit kembali dengan kekuatan yang lebih besar?"


Bahkan lebih jauh, Politbiro CC PKI memberikan pesan kepada kaum Komunis anti Tuhan Indonesia untuk bangkit kembali dengan kekuatan yang lebih besar, serta bersiap kembali untuk melakukan pemberontakan bersenjata.

"Berdasarkan hukum-hukum obyektif perkembangan masyarakat Indonesia, berdasar pengalaman sejarah, sama sekali tidak meragukan bahwa PKI bukan saja akan bangkit kembali dengan kekuatan yang lebih besar, tetapi juga pasti akan berhasil memimpin kelas buruh dan Rakyat Indonesia untuk menghancurkan kekuasaan golongan kanan Indonesia yang disokong oleh kaum imperialis yang dikepalai oleh imperialis AS, dan akan berhasil mengantar rakyat Indonesia memasuki jaman baru yang bebas dari penindasan imperialisme dan sisa-sisa feodalisme."


Dalam dokumen resmi Politbiro CC PKI lainnya, tepatnya dengan judul:

"Program Partai Komunis Indonesia Untuk Demokrasi Rakyat Indonesia, November 1967"

PKI menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk kembali mendukung revolusi bersenjata yang hendak mereka lakukan.

"Partai Komunis Indonesia berseru kepada kaum buruh, kaum tani, kaum intelektual revolusioner, kaum nelayan, kaum pengusaha kecil, kaum pengusaha nasional patriotik, kepada setiap orang Indonesia laki-laki dan wanita dari semua suku bangsa yang berkemampuan baik untuk bersatu padu menggulingkan diktator militer-fasis, sebagai pembuka jalan kehidupan baru yang bebas dan demokratis menuju ke sosialisme. Kehidupan baru yang merdeka dan bebas, yang maju, bahagia, makmur dan sejahtera harus kita rebut dengan revolusi, dengan senjata."


Dari berbagai data dan fakta ini, maka tidak ada keraguan bahwa pelaku pemberontakan, pengkhianatan dan kudeta berdarah yang terjadi pada 30 September 1965, atau yang dikenal dengan G-30S/Gestapu adalah benar PKI.

Pengakuan Politbiro CC PKI ini sekaligus membantah rumor dan opini yang menyatakan bahwa PKI tidak terlibat dalam peristiwa berdarah tersebut. Atau tudingan-tudingan bahwa pelakunya adalah pihak-pihak lain, dalam rangka memojokkan PKI, maka semua klaim tersebut termentahkan.

Hal ini tercermin dalam sebuah ungkapan:

"Tuan Rumah Lebih Mengetahui Isi Rumahnya"


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا (26)

Seorang saksi dari keluarga wanita itu (sendiri) telah memberikan kesaksiannya.” (Yusuf: 26)

Tag: 25 desemberabsharaliranarabasad syamsul arifin,asyariBanserbarzanjibid'ahbudayademo,demontrasidibaangerejaghazaliGusGus Dur,gus ipulgus musgus nurilgusdurgusdurian,gusmusHabibhasbullahhasyim asyarihasyim muzadiIdrus Ramliislamislam nusantaraislam tekstualJILjimatJINjombangkafirkelompok,kemisankerusuhanketua umum pbnuKHkhithoh,kholil bangkalankiaikulabkulabiKyai,Lakpesdamlemah abangLIBERALlukmanul hakimmajelismajelis kemisanmaruf amin,maturidimaulidmauludmauludanmengislamkan,misaMuktamarmut'ahnahdatulNahdlatul,naqsabandinatalanNUnu onlinenu.or.id,nugarislurusnusron wahidNuzulul Qur'annyai,Pagar NusapagarnusapartaiPBNUpembakaran,pembunuhanpenculikanpengepungan,penghancuranPKBpribumisasiradikalreliji,rengas dengklokrois amsahal mahfudzsaid aqil sirodjsalafisalafysalawatanselamatanseminar,shalawatshalawatansinta nuriahsiti jenar,situbondosolahudin wahidsukorejosyafiisyaikh,syekhsyi’ahsyiriktahliltasikmalayatebu ireng,TERORISterorismethe wahid instituteulamaulil,ulil abshorwahab hasbullahWahabiwali songo,wisata religiyeni wahidziarah wali |

Trending

Bukan Karena Pasukan China Wahai Profesor

Ketika Profesor Islam Nusantara Said Aqil Siradj berpidato mengelu-elukan PASUKAN CINA AGRESOR yang "jasanya" berhasil membunuh 5...